Blog Of Visitor

Kamis, 11 Desember 2008

SAMPI DI BALI & SAPI (INDONESIA)

By Devita Sri Raihana
Dalam Pelajaran Bahasa daerah Bali, Sapi yang dalam bahasa balinya disebut : "Sampi" sering sekali menanyakan namanya anak sampi alias sapi, di daerah Bali sendiri anak sapi sering disebut dengan : "Godel", kalau di Jawa di sebut : "Pedet", ga tau kalau di daerah lain apa namanya anak sapi itu. Bahasa Alusnya Sampi di bali juga ada lho...yaitu disebut : "Banteng", entah mengapa di Bali menggunakan kata Banteng sebagai bahasa alusnya Sampi...? siapa yang tahu ya...?. Katanya sapi Bali memiliki kekebalan terhadap penyakit sehingga ia mampu bertahan dari jaman purba,...emangnya sapi ada semenjak jaman dinasaurus..? ga tau deh...katanya kalau sapi bali itu ga kebal penyakit ga mungkin mampu bertahan hingga sekarang. Saat aku pergi ke supermarket Bintang di Dalung aku lihat ada sapi tuh di sebelah utara jalan, aku suruh papaku untuk jepret dengan kameranya, dan jadilah photo seperti pada gambar di sebelah kiri. Ada beberapa artikel tentang Sapi yang senang dibaca oleh papaku, katanya sih untuk menambah ilmu pengetahuan, tapi meskipun demikian kita perlu juga belajar banyak tentang lingkungan yang ada di sekitar kita. Contohnya ya Sapi itu, para petani di Bali sering menggunakan sapi untuk membajak sawah, disamping itu pula ada hewan lain yang sering digunakan untuk membantu di sawah yaitu Kerbau, kalau di Bali disebut : "Kebo" untuk Kerbau yang kulitnya berwarna hitam, sedangkan disebut : "Miso" untuk sebutan Kerbau yang kulitnya berwarna putih. Kerbau dan Sapi itu berbeda, Badan kerbau lebih besar dari sapi. Untuk mencari Kerbau ternyata sangat susah di Bali, untuk mendapatkan photonya aja susah, jangan-jangan Kerbau ini sudah punah di Bali. dahulu mudah sekali menemukan kerbau di sawah, sekarang orang lebih banyak menggunakan traktor untuk membajak sawah.

Populasi sapi Bali yang merupakan bangsa sapi asli Indonesia, berasal dari hasil domestikasi terus menerus banteng liar Bos sondaicus (Bos banteng). Populasinya saat ini ditaksir sekitar 526.031 ekor. Kekhawatiran akan terus menurunnya populasi sapi Bali dipicu oleh kenyataan bahwa selama krisis ekonomi, tingkat permintaan sapi lokal meningkat seiring mahalnya harga daging sapi impor. Sejumlah besar sapi Bali hidup dikirim ke beberapa kota bear di pulau Jawa menjadi sering terlihat belakangan ini. Sedikitnya 50.000 ekor sapi Bali setiap tahunnya dikapalkan ke luar propinsi Bali.
Selain sapi Bali, bangsa sapi lokal lainnya adalah sapi Grati, sapi Madura dan sapi Peranakan Ongole (keturunan hasil persilangan antara sapi Ongole jantan dan sapi betina Jawa). Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara Bos sondaicus dan Bos indicus, ciri-ciori fenotipik punduk diperoleh dari B. indicus, sedangkan warna kulit coklat atau merah bata sama dengan B. sondaicus. Dari jumlah total populasi sapi lokal sebanyak 12.000.000 ekor, 500.000 ekor merupakan tipe sapi perah dan sisanya 11.500.000 ekor tergolong tipe sapi potong. Perkiraan pertambahan populasi sebanyak 3.500.000 ekor per tahun. Sejak lama sapi Bali sudah menyebar ke seluruh pelosok Indonesia, dan mendominasi spesies sapi di Indonesia Timur. Peternak menyukai sapi Bali mengingat beberapa keunggulan karakteristiknya antara lain : mempunyai feritiliast tinggi, lebih tahan terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik, cepat beradaptasi apabila dihadapkan dengan lingkungan baru, cepat berkembang biak, bereaksi positif terhadp perlakuan pemberian pakan, kandungan lemak karkas rendah, keempukan daging tidak kalah dengan daging impor. Fertilitas sapi Bali berkisar 83 - 86 %, lebih tinggi dibandingkan sapi Eropa yang 60 %. Karakteristik reproduktif antara lain : periode kehamilan 280 - 294 hari, rata-rata persentase kebuntingan 86,56 %, tingkat kematian kelahiran anak sapi hanya 3,65 %, persentase kelahiran 83,4 %, dan interval penyapihan antara 15,48 - 16,28 bulan
.

Tidak ada komentar:

Artikel Blog