Di daerah bukit berkapur nan tandus dimana dahulu pertanian hampir mustahil dapat dilakukan karena berupa tanah bukit yang penuh dengan batu kapur, semua pohon hampir mustahil dapat tumbuh pada tanah kapur, jadi para pemilik tanah di Bukit Penisula (kabupaten Badung-Bali) menggunakan pohon kaktus sebagai pagar hidup di daerah berkapur ini, karena kaktus dapat tumbuh disela-sela batu kapur yang terkenal sangat panas pada musim kemarau. Photo ini didapat oleh papaku saat beluau survey sebuah lokasi tempat hotel atau vila di sekitar Nusa Dua Selatan (dekat kawasan Hotel Nikko Bali). Memang papaku saat itu diberi tugas untuk melakukan survey photo lokasi tanah yang disewakan pemiliknya kira-kira ada 5 hektar (50.000m2), ternyata penduduk disana jaman dahulu sudah mengenal kaktus untuk dijadikan sebagai pagar hidup. Aku tadinya mengira tanaman tersebut memang asli berasal dari daerah tersebut, ternyata setelah aku membaca beberapa artikel tentang kaktus, aku jadi kaget ternyata kaktus itu bukanlah tanaman yang berasal dari Bukit Penisula, atau mungkinkah kaktus tersebut adalah kaktus lokal yang memang sudah tumbuh semenjak jaman ribuan tahun sebelum masehi? akupun tidak tahu, bahkan menurut para akhli ada kaktus yang bisa dikomsumsi untuk manusia, tadinya aku mengira kaktus itu mengandung racun, ternyata menurut para akhli bisa dijadikan pakan ternak juga, berikut artikel tambahannya:
Kaktus adalah nama yang diberikan untuk anggota tumbuhan berbunga famili Cactaceae. Kaktus dapat tumbuh pada waktu yang lama tanpa air. Kaktus biasa ditemukan di daerah-daerah yang kering (gurun). Kata jamak untuk kaktus adalah kakti. Kaktus memiliki daun yang berubah bentuk menjadi duri sehingga dapat mengurangi penguapan air lewat daun. Oleh sebab itu, kaktus dapat tumbuh pada waktu yang lama tanpa air.
Potensi Kaktus dari Lahan Kritis dan Lahan GersangTanaman kaktus pertama kali masuk ke Indonesia karena ditawan oleh orang Belanda pada akhir abad ke-19. Awalnya, kaktus tersebut dikembangkan untuk pakan ternak di daerah Nusa Tenggara. Kaktus (Opuntia spp) merupakan tanaman asli dari daerah benua Amerika yang sangat mudah berkembang atau gampang memperbanyak diri. Praktis ditancapkan batangnya saja langsung tumbuh dan sangat mudah beradaptasi di setiap jenis mutu lahan dan sangat rendah tuntutannya terhadap air. Di lahan gurun pun tanaman kaktus mudah tumbuh. Di berbagai lahan gersang, kaktus dapat tumbuh subur. Tetapi, karena tidak mendapat perhatian dan pembudidayaan yang memadai, kaktus di Indonesia masih terbengkalai sehingga saat ini kedudukan kaktus sangat rendah di masyarakat, yaitu hanya dikenal sebagai the breed of the poor. Buah dan batang kaktus sangat kaya akan sari buah, manis rasanya, dan fresh. Sari kaktus dapat dikonsumsi langsung atau dikombinasikan dengan buah-buahan lain, baik dalam minuman es campur maupun es krim. Sari kaktus lumayan memiliki kandungan karbohidrat, kalium, phosphor kalium, serta vitamin B dan C. Buahnya dapat digunakan sebagai bahan baku untuk membuat jam, jelly, wine, dan vinegar (cuka). Kulit kaktus sangat tebal, yaitu sekitar 30 persen dan sekitar 40 persen dari total berat, dapat digunakan sebagai bahan pembuatan lem (glue) dan bahkan dapat digunakan untuk bahan pengental makanan. Berbagai jenis kaktus, khususnya yang telah berbunga, banyak peminatnya sebagai ornamental plant karena bentuknya yang eksotis dengan bunga yang beraneka bentuk dan warna. Oleh karena memiliki banyak keuntungan, serta persyaratan agroekologinya rendah, tanaman kaktus memiliki potensi untuk menangkal proses kelaparan dan kurang gizi bagi jutaan masyarakat yang hidup dalam kondisi jelek. Di samping besar sekali perannya dalam peternakan serangga cochineal bagi industri zat pewarna yang mahal, perkebunan kaktus merupakan industri terpadu yang memberi peluang melakukan diverifikasi produk, misalnya untuk menghasilkan pakan ternak serta produk olahan dari buah kaktus. Oleh karena itu, program pengembangan kaktus dapat dijadikan salah satu andalan program penanggulangan kemiskinan di lahan kering dan gersang.
Teknik pengolahan kaktus:
Meskipun pohon kaktus biasanya tumbuh liar, namun perkebunan kaktus telah dikembangkan di beberapa negara, terutama Cile, Meksiko, Brasil, dan Italia. Kaktus dapat menghasilkan buah yang dikenal sebagai prickly pear cactus yang umumnya dikonsumsi dalam bentuk segar atau secara tradisional digunakan untuk membuat minuman sari buah kaktus. Dari bacaan literatur yang serba terbatas, secara singkat dapat diutarakan bahwa buah kaktus dapat dikeringkan, dibuat jelly dan jam, serta dapat dikalengkan atau dibotolkan. Buah kaktus mengandung gula cukup tinggi. Sebagian besar jenis gulanya adalah glukosa dan fruktosa. Karena itu, buah kaktus rasanya sangat manis. Buah kaktus juga agak aneh karena derajat keasamannya rendah, yaitu dengan pH 6,37. Hal itu berarti buah kaktus termasuk golongan low acid food yang perlu mendapat perlakuan khusus sebab relatif mudah busuk dan dapat berfungsi sebagai substrat yang ideal bagi pertumbuhan bakteri patogen penghasil racun. Karena alasan tersebut, pengolahan buah kaktus perlu diproses dengan suhu tinggi, yaitu sekitar suhu retort, 121ºC atau 116ºC. Sebagai alternatif lain, pH buah kaktus dapat diturunkan, yaitu dengan penambahan asam seperti lemon. Sari kaktus memiliki sifat viskositas yang sangat tinggi dan telah banyak usaha dilakukan untuk mereduksi viskositas yang tinggi tersebut karena hal itu dapat sedikit mengganggu mouth feel. Di Meksiko banyak makanan tradisional yang menggunakan bahan mentah tanaman kaktus, di antaranya napatilas, yaitu batang kaktus muda dan dimasak bersama-sama daging. Pada umumnya jenis kaktus yang tak berduri lebih disukai. Produk lainnya bernama melcocha, dibuat dengan cara menggodok buah kaktus yang telah dikuliti sampai memiliki konsistensi seperti toffee. Melalui proses fermentasi dapat dihasilkan sejenis wine yang keras disebut colonche. Di Sicily, Italia, bunganya yang berwarna merah ungu secara komersial dapat digunakan sebagai zat pewarna merah alami. Di Afrika Selatan, bunga kaktus dibuat jam dan sirup untuk dituangkan di atas es krim sebagai dekorasi yang dapat dimakan. Buah kaktus memiliki warna ungu (purple) sangat intens yang menjadikan buah sangat menarik perhatian. Warna yang dimiliki buah kaktus disebabkan oleh pigmen alami yang disebut betalains, sama seperti yang terdapat dalam umbi beet. Produk lain yang banyak diterima masyarakat setempat adalah produk kristal dari batang kaktus yang dapat digunakan untuk campuran kue-kue. Kini juga sedang dikembangkan buah kaktus yang dapat diiris dengan pisau dan dimakan bersama keju sebagai desert. Di samping itu batang kaktus dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak. Hal tersebut penting artinya bagi pengembangan peternakan di daerah marjinal karena besarnya efisiensi penggunaan air. Karena alasan tersebut, kaktus ternyata memiliki potensi dan perlu dikembangkan di daerah semi- acid ecosystem.
100 marga kaktus
Di seluruh dunia diperkirakan terdapat lebih dari 100 marga kaktus dan sekitar 2.000 jenis yang sudah dikenal. Semua itu dapat dikelompokkan ke dalam 3 anak suku, yaitu Pereskioidea, Opuntiodeae, dan Cereoidea. Kaktus termasuk suku Cactaceae atau kaktus kaktusan. Kaktus merupakan salah satu suku tambahan berbunga. Kebanyakan kaktus tumbuh di daerah kering sampai gurun. Namun, ada juga beberapa jenis kaktus yang tumbuh di hutan hujan tropis Afrika dan Sri Lanka. Tumbuhan kaktus memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut: Tidak mempunyai daun, kecuali sebagai tempat anak suku Pereskioidea. Batangnya yang berhijau daun sebagai tempat cadangan air. Permukaan batangnya tertutup dengan lapisan lilin untuk mencegah penguapan air. Batang dan cabangnya berduri, kadang-kadang dilengkapi bulu-bulu halus. Cabang, bunga, dan durinya muncul dari lubang-lubang kecil, yang terdapat di permukaan tubuhnya yang disebut areola. Akarnya panjang menyebar agar dapat menyerap lebih banyak air. Di Indonesia saat ini budidaya kaktus masih terfokus untuk tanaman hias, belum pernah dikembangkan menjadi suatu usaha industri yang menguntungkan seperti industri pigmen dan obat-obatan. Sebagai tanaman hias, kaktus memiliki penampilan yang indah, sangat menarik, meskipun acapkali berkesan aneh. Daya tarik tanaman kaktus antara lain karena bentuk perawakannya yang sangat bervariasi. Misalnya kaktus Echinocactus grusonii yang dapat berukuran sebesar drum atau Astrophylum asterias yang mirip mahkota yang berbentuk bulat dan berjuring delapan yang tengahnya berderet titik-titik putih, indah sekali. Durinya dapat tersusun rapi dan indah. Kaktus Ferocactus, latispinus memiliki duri yang berwarna coklat tua dan kaku. Bunganya dapat bervariasi, warna-warni, dan ada jenis yang berbunganya jarang muncul, artinya ada yang muncul setiap 10 tahun sekali, misalnya kaktus E grussoni. Ada kaktus yang bunga pertamanya baru muncul pada umur 40 tahun, Espostoa canata bulunya halus menyelimuti batang.
Teknik pengolahan kaktus:
Meskipun pohon kaktus biasanya tumbuh liar, namun perkebunan kaktus telah dikembangkan di beberapa negara, terutama Cile, Meksiko, Brasil, dan Italia. Kaktus dapat menghasilkan buah yang dikenal sebagai prickly pear cactus yang umumnya dikonsumsi dalam bentuk segar atau secara tradisional digunakan untuk membuat minuman sari buah kaktus. Dari bacaan literatur yang serba terbatas, secara singkat dapat diutarakan bahwa buah kaktus dapat dikeringkan, dibuat jelly dan jam, serta dapat dikalengkan atau dibotolkan. Buah kaktus mengandung gula cukup tinggi. Sebagian besar jenis gulanya adalah glukosa dan fruktosa. Karena itu, buah kaktus rasanya sangat manis. Buah kaktus juga agak aneh karena derajat keasamannya rendah, yaitu dengan pH 6,37. Hal itu berarti buah kaktus termasuk golongan low acid food yang perlu mendapat perlakuan khusus sebab relatif mudah busuk dan dapat berfungsi sebagai substrat yang ideal bagi pertumbuhan bakteri patogen penghasil racun. Karena alasan tersebut, pengolahan buah kaktus perlu diproses dengan suhu tinggi, yaitu sekitar suhu retort, 121ºC atau 116ºC. Sebagai alternatif lain, pH buah kaktus dapat diturunkan, yaitu dengan penambahan asam seperti lemon. Sari kaktus memiliki sifat viskositas yang sangat tinggi dan telah banyak usaha dilakukan untuk mereduksi viskositas yang tinggi tersebut karena hal itu dapat sedikit mengganggu mouth feel. Di Meksiko banyak makanan tradisional yang menggunakan bahan mentah tanaman kaktus, di antaranya napatilas, yaitu batang kaktus muda dan dimasak bersama-sama daging. Pada umumnya jenis kaktus yang tak berduri lebih disukai. Produk lainnya bernama melcocha, dibuat dengan cara menggodok buah kaktus yang telah dikuliti sampai memiliki konsistensi seperti toffee. Melalui proses fermentasi dapat dihasilkan sejenis wine yang keras disebut colonche. Di Sicily, Italia, bunganya yang berwarna merah ungu secara komersial dapat digunakan sebagai zat pewarna merah alami. Di Afrika Selatan, bunga kaktus dibuat jam dan sirup untuk dituangkan di atas es krim sebagai dekorasi yang dapat dimakan. Buah kaktus memiliki warna ungu (purple) sangat intens yang menjadikan buah sangat menarik perhatian. Warna yang dimiliki buah kaktus disebabkan oleh pigmen alami yang disebut betalains, sama seperti yang terdapat dalam umbi beet. Produk lain yang banyak diterima masyarakat setempat adalah produk kristal dari batang kaktus yang dapat digunakan untuk campuran kue-kue. Kini juga sedang dikembangkan buah kaktus yang dapat diiris dengan pisau dan dimakan bersama keju sebagai desert. Di samping itu batang kaktus dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak. Hal tersebut penting artinya bagi pengembangan peternakan di daerah marjinal karena besarnya efisiensi penggunaan air. Karena alasan tersebut, kaktus ternyata memiliki potensi dan perlu dikembangkan di daerah semi- acid ecosystem.
100 marga kaktus
Di seluruh dunia diperkirakan terdapat lebih dari 100 marga kaktus dan sekitar 2.000 jenis yang sudah dikenal. Semua itu dapat dikelompokkan ke dalam 3 anak suku, yaitu Pereskioidea, Opuntiodeae, dan Cereoidea. Kaktus termasuk suku Cactaceae atau kaktus kaktusan. Kaktus merupakan salah satu suku tambahan berbunga. Kebanyakan kaktus tumbuh di daerah kering sampai gurun. Namun, ada juga beberapa jenis kaktus yang tumbuh di hutan hujan tropis Afrika dan Sri Lanka. Tumbuhan kaktus memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut: Tidak mempunyai daun, kecuali sebagai tempat anak suku Pereskioidea. Batangnya yang berhijau daun sebagai tempat cadangan air. Permukaan batangnya tertutup dengan lapisan lilin untuk mencegah penguapan air. Batang dan cabangnya berduri, kadang-kadang dilengkapi bulu-bulu halus. Cabang, bunga, dan durinya muncul dari lubang-lubang kecil, yang terdapat di permukaan tubuhnya yang disebut areola. Akarnya panjang menyebar agar dapat menyerap lebih banyak air. Di Indonesia saat ini budidaya kaktus masih terfokus untuk tanaman hias, belum pernah dikembangkan menjadi suatu usaha industri yang menguntungkan seperti industri pigmen dan obat-obatan. Sebagai tanaman hias, kaktus memiliki penampilan yang indah, sangat menarik, meskipun acapkali berkesan aneh. Daya tarik tanaman kaktus antara lain karena bentuk perawakannya yang sangat bervariasi. Misalnya kaktus Echinocactus grusonii yang dapat berukuran sebesar drum atau Astrophylum asterias yang mirip mahkota yang berbentuk bulat dan berjuring delapan yang tengahnya berderet titik-titik putih, indah sekali. Durinya dapat tersusun rapi dan indah. Kaktus Ferocactus, latispinus memiliki duri yang berwarna coklat tua dan kaku. Bunganya dapat bervariasi, warna-warni, dan ada jenis yang berbunganya jarang muncul, artinya ada yang muncul setiap 10 tahun sekali, misalnya kaktus E grussoni. Ada kaktus yang bunga pertamanya baru muncul pada umur 40 tahun, Espostoa canata bulunya halus menyelimuti batang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar