Blog Of Visitor

Kamis, 25 Desember 2008

TEMPE SEBAGAI PENCEGAH KANKER

Devita Sri Raihana
Tempe Sebagai Zat Anti Kanker
Teman-teman tahu Tempe khan? makanan ini dahulu dianggap sebagai makanan kaum miskin, namun sekarang setelah diketahui oleh para akhli gizi kalau sebenarnya tempe tersebut adalah makanan yang memiliki banyak manfaat yang dapat dijadikan sebagai obat atau zat anti kanker sehingga lambat laun tempe ini menjadi makanan yang sangat populer di kalangan masyarakat Indonesia bahkan hingga sampai ke luar negeri. Namun masih saja ada beberapa gelintir orang yang sering menganggap tempe ini makanan kelas bawah, coba saja lihat sinetron di tv dimana tempe ini diposisikan sebagai makanan masyarakat kelas bawah! Di dalam tempe juga ditemukan suatu zat antioksidan dalam bentuk isofalvon. Seperti halnya vitamin C, E dan karotenoid, isoflavon merupakan antioksidan yang sangat dibutuhkan tubuh untuk menghentikan reaksi pembentukan radikal bebas. Dalam kedelai terdapat tiga jenis isoflavon, yaitu daidzein, glisitein, dan genistein. Pada tempe, di samping ketiga jenis isoflavon tersebut juga terdapat antioksidan faktor II (6,7,4 trihidroksi isoflavon) yang mempunyai sifat antioksidan paling kuat dibandingkan dengan isoflavon dalam kedelai. Penelitian yang dilakukan di Universitas North Carolina, Amerika Serikat, menemukan bahwa genestein dan phytoestrogen yang terdapat pada tempe ternyata dapat mencegah kanker prostat, payudara dan penuaan (aging). Antioksidan ini disentesis pada saat terjadinya proses fermentasi kedelai menjadi tempe oleh bakteri Micrococcus leteus dan Coreyne bacterium.
Sebagai Pencegah Anemia & Osteoporosis
Tempe dipercaya bermanfaat untuk mencegah anemia dan osteoporosis, dua penyakit yang bayak diderita wanita, sebab kodrat wanita yang harus mengalami haid, hamil serta menyusui bayi. Penyakit anemia ini dapat menyerang wanita yang malas makan, karena takut gemuk, sehingga persediaan dan produksi sel-sel darah merah dalam tubuh yang menurun., tempe juga dapat berperan sebagai pemasok mineral, vitamin B12 (yang terdapat pada pangan hewani), dan zat besi yang sangat dibutuhkan dalam pembentukan sel darah merah. Selain itu, tempe juga dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Senyawa protein, asam lemak PUFA, serat, niasin, dan kalsium di dalam tempe dapat mengurangi jumlah kolesterol jahat.
Cara konsumsi tempe
Tempe umumnya dikonsumsi dalam bentuk keripik, bacem, atau dimasak bersama campuran sayur. Kedua berbentuk tepung. Ini dapat dimanfaatkan sebagai kandungan pangan yang berguna untuk meningkatkan kadar gizi dan serat, sebagai pengawet alami dan untuk menanggulangi diare pada anak-anak. Ketiga, tempe juga dapat diolah sebagai konsentrat protein, isolat protein, peptida, serta komponen biokatif lainnya. Cara terbaik untuk mengoptimalkan khasiat tempe bagi tubuh kita adalah dengan mengonsumsinya setiap hari dalam jumlah yang cukup berarti. Agar tak mengalami kebosanan, varisi penggunaan tempe dalam berbagai resep masakan perlu dilakukan. Supaya khasiat zat-zat bermanfaat itu tak banyak terbuang dalam proses pemasakan, tempe sebaiknya diamsak dengan menu seperti sup, semur, atau bacem. Cara-cara itu lebih sedikit mengurangi khasiat tempe, ketimbang digoreng. ternyata besar sekali manfaat tempe untuk kesehatan tubuh kita.
Manfaat Tempe antara lain :
1. Protein yang terdapat dalam tempe sangat tinggi, mudah dicerna sehingga baik untuk mengatasi diare. 2. Mengandung zat besi, flafoid yang bersifat antioksidan sehingga menurunkan tekanan darah. 3. Mengandung superoksida desmutase yang dapat mengendalikan radikal bebas, baik bagi penderita jantung. 4. Penanggulangan anemia. Anemi ditandai dengan rendahnya kadar hemoglobin karena kurang tersedianya zat besi (Fe), tembaga (Cu), Seng (Zn), protein, asam folat dan vitamin B12, di mana unsur-unsur tersebut terkandung dalam tempe. 5. Anti infeksi. Hasil survey menunjukkan bahwa tempe mengandung senyawa anti bakteri yang diproduksi oleh karang tempe (R. Oligosporus) merupakan antibiotika yang bermanfaat meminimalkan kejadian infeksi. 6. Daya hipokolesterol. Kandungan asam lemak jenuh ganda pada tempe bersifat dapat menurunkan kadar kolesterol. 7. Memiliki sifat anti oksidan, menolak kanker. 8. Mencegah masalah gizi ganda (akibat kekurangan dan kelebihan gizi) beserta berbagai penyakit yang menyertainya, baik infeksi maupun degeneratif. 9. Mencegah timbulnya hipertensi. 10. Kandungan kalsiumnya yang tinggi, tempe dapat mencegah osteoporosis.

Selasa, 23 Desember 2008

KOL ATAU KUBIS SAYURAN ANTI KANKER

By Devita Sri Raihana
Hai teman-teman ternyata Kol atau Kubis itu juga bisa dipakai sebagai obat anti kanker untuk lebih jelasnya sbb:
Kubis memiliki jenis cukup beragam. Ada Napa (Peking Cabbage, kulit tipis hampir seperti lettuce), kubis merah, kubis putih dan kubis bulat. Peking Cabbage berasal dari Cina, tumbuh hampir di semua provinsi khususnya di bagian Utara yang umumnya disebut Tientsin Cabbage.Pada musim dingin kubis tetap ada di pasaran karena ditanam dengan cara ditutup seperti selimut. Kubis adalah keluarga broccoli yang merupakan sumber dari glucosinolate, bagian dari phytokimia indoles. Indoles aktif berfungsi sebagai zat anti kanker. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa kubis termasuk sayuran cruciferous yang dapat mengurangi risiko kanker. Hasil laboratorium membuktikan bahwa indoles mampu melawan kanker yang disebabkan oleh agen kanker. Juga dapat membantu mengurangi tumbuhnya sel kanker payudara melalui estrogen nabati yang terdapat dalam tumbuhan jenis cruciferous. Mengkonsumsi kubis secara mentah sebagai lalapan atau salad merupakan kebiasaan yang sangat baik, dapat juga dimasak dalam sup, ditumis dan dikukus. Di Indonesia kubis merupakan sayuran murah yang biasa diolah untuk sup, gado-gado, asinan atau dalam masakan campuran seperti capcay. Kubis juga dapat digunakan untuk penyembuhan luka dalam usus (ulcer), dengan cara dijus dan diminum sebanyak 1 liter sehari selama 8 hari. Obat tradisional ini dapat menyembuhkan rasa sakitnya dan menyembuhkan luka pada usus. Photo pada posting ini dari papaku saat beliau bersama mama berbelanja di sebuah pasar tradisional di Perumahan Dalung Permai-Kuta Utara-Dalung (diambil tanggal 21 Desember 2008).
Kol atau Kubis dari artikel lain
Kubis, kol, kobis, atau kobis bulat adalah nama yang diberikan untuk tumbuhan sayuran daun yang populer. Tumbuhan dengan nama ilmiah Brassica oleracea. Kelompok Capitata ini dimanfaatkan daunnya untuk dimakan. Daun ini tersusun sangat rapat membentuk bulatan atau bulatan pipih, yang disebut krop atau kepala (capitata berarti "berkepala"). Kubis berasal dari Eropa Selatan dan Eropa Barat dan, walaupun tidak ada bukti tertulis atau peninggalan arkeologi yang kuat, dianggap sebagai hasil pemuliaan terhadap kubis liar B. oleracea var. sylvestris. Nama "kubis" diambil dari bahasa Inggris cabbage, yang juga merupakan pinjaman dari bahasa Normandia caboche. Nama "kol" diambil dari bahasa Belanda kool.
Pertumbuhan
Kubis memiliki ciri khas membentuk krop. Pertumbuhan awal ditandai dengan pembentukan daun secara normal. Namun semakin dewasa daun-daunnya mulai melengkung ke atas hingga akhirnya tumbuh sangat rapat. Pada kondisi ini petani biasanya menutup krop dengan daun-daun di bawahnya supaya warna krop makin pucat. Apabila ukuran krop telah mencukupi maka siap kubis siap dipanen. Dalam budidaya, kubis adalah komoditi semusim. Secara biologi, tumbuhan ini adalah dwimusim (biennial) dan memerlukan vernalisasi untuk pembungaan. Apabila tidak mendapat suhu dingin, tumbuhan ini akan terus tumbuh tanpa berbunga. Setelah berbunga, tumbuhan mati.
Macam-macam kubis
Warna sayuran ini yang umum adalah hijau sangat pucat sehingga disebut forma alba ("putih"). Namun demikian terdapat pula kubis dengan warna hijau (forma viridis) dan ungu kemerahan (forma rubra). Dari bentuk kropnya dikenal ada dua macam kubis: kol bulat dan kol gepeng (bulat agak pipih). Perdagangan komoditi kubis di Indonesia membedakan dua bentuk ini. Terdapat jenis agak khas dari kubis, yang dikenal sebagai Kelompok Sabauda, yang dalam perdagangan dikenal sebagai kubis Savoy. Kelompok ini juga dapat dimasukkan dalam Capitata.
Budidaya
Kubis menyukai tanah yang sarang dan tidak becek. Meskipun relatif tahan terhadap suhu tinggi, produk kubis ditanam di daerah pegunungan (400m dpl ke atas) di daerah tropik. Di dataran rendah, ukuran krop mengecil dan tanaman sangat rentan terhadap ulat pemakan daun Plutella. Karena penampilan kubis menentukan harga jual, kerap dijumpai petani (Indonesia) melakukan penyemprotan tanaman dengan insektisida dalam jumlah berlebihan agar kubis tidak berlubang-lubang akibat dimakan ulat. Konsumen perlu memperhatikan hal ini dan disarankan selalu mencuci kubis yang baru dibeli.
Kandungan gizi dan manfaat
Kubis segar mengandung banyak vitamin (A, beberapa B, C, dan E). Kandungan Vitamin C cukup tinggi untuk mencegah skorbut (sariawan akut). Mineral yang banyak dikandung adalah kalium, kalsium, fosfor, natrium, dan besi. Kubis segar juga mengandung sejumlah senyawa yang merangsang pembentukan glutation, zat yang diperlukan untuk menonaktifkan zat beracun dalam tubuh manusia.
Antigizi
Sebagaimana suku kubis-kubisan lain, kubis mengandung sejumlah senyawa yang dapat merangsang pembentukan gas dalam lambung sehingga menimbulkan rasa kembung (zat-zat goiterogen). Daun kubis juga mengandung kelompok glukosinolat yang menyebabkan rasa agak pahit.
Pengolahan
Kubis dapat dimakan segar sebagai lalapan maupun diolah. Sebagai lalapan, kubis yang dilengkapi sambal biasa meyertai menu gorengan atau bakar seperti ayam atau lele. Kubis diolah untuk membuat orak-arik atau capcay. Daun kubis yang direbus menjadi lunak, tipis, dan transparan. Perebusan ini dapat dijumpi dalam berbagai sup dan sayur. Di Korea kubis menjadi komponen utama masakan khas bangsa ini: kimchi. Jerman terkenal dengan sauerkraut, kubis yang dipotong-potong kecil dan diawetkan dalam cuka.

Senin, 22 Desember 2008

PANTAI LIMA LEBIH MEMPESONA

By Devita Sri Raihana
Ketertarikan aku dan keluargaku untuk datang ke Pantai Lima adalah karena aku pengen tau salah satu lokasi yang menjadi favorit para turis asing di Bali. Well, Pantai Lima adalah satu wilayah yang sangat lengkap. Pantai yang dikelilingi oleh balinese village, lengkap dengan persawahan dan rumah khas bali. Sangat eksotis! Ngga heran orang bule banyak yang suka untuk tinggal di daerah sana. Jika kita memandang keindahan pantai Lima dari sisi timur akan terlihat sebuah villa mewah sebagai latar belakang yang kelihatan bagus untuk dijadikan background sebuah photo. Saat hari minggu 21 Desember 2008 aku sekeluarga hadir untuk menikmati keindahan pantai ini. Tak lupa aku, mama, papa, sudah bersiap-siap untuk mencari kerang-kerang diantara pasir-pasir pantai yang tersapu indahnya ombak. Jika jalan-jalan dari pantai Pererenan ke sisi barat menunju Pantai Lima tampak beberapa perahu yang sengaja diparkir para pemilik Villa, kemungkinan dipergunakan untuk olahraga diving, atau memancing ke tengah laut. Tak lupa aku bersama papa dan mama berkesempatan berphoto diantara perahu yang terparkir tersebut. Keindahan pantai Lima sedikit terganggu dengan banyaknya sampah yang berasal dari sungai di sekitarnya, ada beberapa orang yang terlihat mengumpulkan sampah kayu yang akan dijadikan kayu bakar. Seandainya saja ada petugas kebersihan yang ditugaskan oleh para pemilik villa di sekitar pantai Lima tentunya akan sangat membantu sekali untuk menjaga kebersihan pantai tersebut, toh juga hal ini otomatis akan menjaga citra keindahan pantai Lima di mata wisatawan, juga tentunya pemilik villa akan memperoleh nila tambah berupa kedatangan wisatawan yang semakin banyak pada villa mereka, dan tak menutup kemungkinan untuk pemilik Villa pribadi ataupun Villa yang beroprasi secara umum.
Tips Berwisata Aman di di Pantai
1. Sebagaimana beriwisata ke kawasan pantai dan alam terbuka lainnya, sebaiknya persiapkan fisik secara matang, karena diperlukan tubuh yang fit dan tenaga yang prima untuk jalan-jalan di tepi pantai. 2. Sediakan uang pas untuk membayar tiket masuk dan parkir, karena pada hari libur biasanya di loket terjadi antrean. 3. Ikuti petunjuk dan patuhi peraturan yang ditetapkan oleh pengelola wisata alam. 4. Saat ke Pantai Lima sebaiknya tidak membawa balita, karena rawan terseret arus obak yang besar. 5. Jangan mencoba mandi di daerah larangan untuk mandi karena terdapat pusaran air yang bisa menyedot dengan ganas. catatan : di daerah Pantai Lima terdapat pertemuan arus sungai dan arus laut dimana pertemuan ini diyakini akan membuat dasar permukaan pantai terkikis sehingga membentuk palung laut di dekat pantai sehingga karena saking dalamnya kemungkinan besar jika berenang diatasnya akan mengakibatkan tersedot oleh pusaran air yang berada di dasar palung. 6. Untuk menghemat biaya lain-lain, ada baiknya membawa makanan atau camilan dari rumah, mengingat harga camilan, minuman, dan makanan di lokasi wisata lebih mahal daripada harga biasa. Catatan : kalau bule tentunya banyak uang dan tip ini tidak berlaku untuk yang berduit banyak. 7. Buanglah sampah pada tempatnya, demi kelestarian dan keindahan alam. Catatan : tip ini berlaku untuk semua orang atau siapa saja yang berada di daerah parwisata sudah sewajarnya menjaga kebersihan karena kebersihan itu adalah bagian dari iman. 8. Bila ada kesulitan, segeralah menghubungi satuan pengamanan setempat

Jumat, 19 Desember 2008

KESAMBI TANAMAN LANGKA

By Devita Sri Raihana
Barangkali istilah pohon Kesambi ini jarang sekali ditemui oleh anak-anak jaman sekarang, Di Bali Selatan khususnya hampir sebagian besar anak-anak tidak mengetahui apa itu pohon kesambi, karena memang pohon kesambi itu sekarang sudah sangat langka sekali ditemui di sekitar tempat tinggal kita. Untuk mendapatkan photo pohon ini papaku harus-bersusah payah menuruni jurang; menaiki bukit terjal dan menyusuri sungai kering di seputaran bukit Sawangan Bali (Nusa Dua Selatan). Dengan keadaan dan suasana beberapa lahan penduduk yang ditumbuhi berbagai tanaman liar yang lebat secara tak sengaja papaku menemukan sebuah pohon kesambi ini, tampak buahnya yang begitu lebat sehingga timbul niat papaku untuk membuat posting mengenai pohon langka ini, sekalian memperkenalkan kepada teman-teman yang memang belum mengetahuinya. Lewat seorang temannya (Andy) papaku mengetahui banyak prihal pohon kesambi ini, juga untuk memperkaya wawasan kita tentang pohon kesambi ini ada baiknya mempelajari beberapa artikel dari berbagai sumber yang pernah aku baca. Kesambi dengan nama latin (Schleichera oleosa, Merr) termasuk salah satu tumbuhan hutan yang beradapsi lokal, bermanfaat serbaguna (multi purpose) dan bernilai ekonomis dan sangat potensial. Buah pohon kesambi digemari oleh manusia, binatang dan burung. Oleh karena itu pohon kesambi dapat menjadi alternatif tanaman unggulan di dalam dan di luar kawasan hutan. Pada sisi lain pohon kesambi di Bali Selatan mempunyai sejarah tentang manfaat penting kesambi pada masa kerjaan di Bali Selatan Dengan demikian pohon kesambi perlu dikembangkan karena selain serba guna, bersejarah, juga supaya tidak menjadi tanaman langka.
Jenis Kesambi di Indonesia
Di Indonesia ditemukan 2 (dua) jenis kesambi, yaitu kesambi kerikil dan kesambi kebo/kerbau. Ciri khas perbedaannya terletak pada daun dan kulit batang. Jenis kerikil mempunyai daun yang lebih kecil dan memanjang. Bentuk percabangan liar, dan kulitnya tipis dibandingkan dengan jenis kebo. Sedangkan kesambi jenis kerbau memiliki daun yang melebar pada ujungnya dan kulit kayu yang lebih tebal. Bentuk percabangan teratur dan tegak lurus ke atas. Tumbuhan ini tersebar di seluruh Asia Tenggara dan di Indonesia dapat ditemukan pada ketinggian nol s.d. 1200 m dari permukaan laut. Salah satu indikator pertumbuhan kesambi adalah jati. Pada wilayah yang ditumbuhi jati secara liar biasanya diikuti pula pertumbuhan kesambi. Artinya dimana ada jati yang tumbuh liar biasanya tanaman kesambi juga dapat tumbuh baik. Di Jawa, tanaman kesambi digunakan sebagai tanaman pengisi (sekat bakar) dalam hutan tamanan jati. Kayu kesambi mempunyai struktur padat, rapat, kusut sangat keras dan lebih berat dari kayu besi. Karena itu apabila dapat mencapai umur yang lebih matang, kayunya berubah warna dari warna merah muda menjadi warna kelabu dan tidak berurat. Oleh karena itu dahulu lebih banyak digunakan sebagai bahan pembuatan jangkar untuk perahu kecil. Bahkan di Kabupaten Bulukumba, kayu kesambi merupakan bahan dasar untuk membuat perahu. Kesambi sebagai sumber kayu bakar potensial. Selain itu, kayu kesambi sangat kuat dan keras. Namun demikian salah satu kelamahan dari kayu kesambi adalah tergolong kurang awet , tetapi sangat unggul sebagai kayu bakar dan pembuatan arang. Arang dari kayu kesambi sangat cocok untuk pembakaran dan bahkan lebih baik dari pada arang kayu jati dan kayu asam. Oleh karena itu, penanaman kesambi untuk produksi kayu bakar perlu dikembangkan terutama pada daerah pengembangan industri pembakaran dan wilayah yang sulit bahan bakar untuk rumah tangga
Kulit kayu kesambi dapat digunakan sebagai penyamak kulit. Menurut hasil penelitian, dalam analisis kimia kulit kesambi ditemukan 6,1-14,3 % zat penyamak. Bahkan dahulu orang Bali dan Madura menggunakan kulit kesambi sebagai obat kulit yang sangat manjur, terutama terhadap penyakit kudis dan penyakit kulit lainnya. Sebagai inang kutu lak, kesambi berguna untuk tempat hidup dan menghisap makanan yang diambil pada bagian bawah kulit kayu. Diantara beberapa jenis tanaman yang dapat menjadi inang kutu lak, maka kulit kayu kesambi paling disenangi. Daun kesambi yang masih muda baik untuk dimakan sebagai sayur asam. Bahkan dapat dimakan mentah sebagai lalapan, walaupun rasanya agak sepat. Selanjutnya, dalam beberapa hal di Sulawesi Selatan, daun kering dari pohon kesambi dapat dibakar dan asapnya digunakan untuk pengobatan (pengasapan) penyakit kudis dan gatal-gatal. Buah yang masih hijau dapat dimakan dan diolah sebagai asinan. Buah yang sudah masak berwarna kuning atau kemerah-merahan yang dapat dijadikan buah meja dengan ciri rasa asam kemanis-manisan. Buah kesambi yang sudah masak sangat digemari oleh monyet dan burung, termasuk anak-anak. Dibeberapa daerah buah kesambi yang sudah masak dapat dibuat manisan. Biji kesambi dilapisi dan diselimuti oleh kulit yang berwarna coklat. bentuknya bulat panjang dengan ukuran antara 6-14 mm. Mudah pecah dan daging bijinya mengandung 70 persen minyak sangat berguna sebagai bahan pembuatan minyak gosok. Minyak yang berasal dari biji kesambi sangat baik untuk mengonati penyakit dalam, kudis dan luka-luka. Dalam upaya pengembangan biodisel, biji kesambi dapat diolah menjadi minyak pelumas, pembuatan lilin, industri batik, dan bahan membuat sabun. Menurut beberapa hasil penelitian, kulit biji kesambi sangat cocok untuk pertumbuhan jagung lokal. Minyak dari biji kesambi biasanya diberi tambahan ramuan pengharum dan dijadikan minyak gosok badan. Sangat berkhasiat dalam pengobatan penyakit punggung dan dada pada penderita batuk. Apabila digunakan sebagai minyak rambut maka dapat merangsang pertumbuhan rambut / anti botak. Oleh karena itu penelitian kearah pemanfaatan keasambi sebagai tanaman obat menjadi penting. Kesambi termasuk tanaman yang mempunyai sifat toleran terhadap tumbuhan / tanaman lainnya. Dalam pengembangan tanaman jati, kesambi merupakan pasangan yang paling ideal. Bahkan dalam berbagai literatur dikemukakan bahwa pada umumnya dimana ada pertumbuhan jati secara alami / liar disitu pasti terdapat kesambi yang dapat tumbuh dengan baik. Selain toleran terhadap sesama pepohonan, kesambi dapat berasosiasi dengan tanaman hortikultura, antara lain jagung dan kacang-kacangan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa bungkil/kulit biji kesambi sangat cocok dimanfaatkan sebagai pupuk pada tanaman jagung. Dengan demikian pemanfaatan ruang tumbuh sekitar tanaman kesambi dapat dimamfaatkan untuk tanaman pangan dan obat-obatan, sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Kamis, 18 Desember 2008

SUASANA PENGAMBILAN RAPORT SD FAJAR HARAPAN KUTA UTARA

Suasana Pengambilan Raport di SD Fajar Harapan, Kuta Utara
Pagi-pagi kira-kira jam 07.00 Wita hujan mengguyur daerah sekitar dalung, padahal hari ini tanggal 19 Desember 2008 ada acara pengambilan Raport di SD Fajar Harapan-Jalan Raya Pandonan_Banjar Tibu Beneng-Kuta Utara Dalung. Semoga saja hujan nanti reda, soalnya nanti aku bersama papa akan mengambil raport kira-kira jam 08.00 Wita. Kira-kira jam 07.45 Wita aku dan papa berangkat ke sekolah, tapi di jalan hujan masih gerimis, tidak apa-apalah yang penting nanti hujannya berhenti, sekitar jam 08.00 Wita aku dan Papa sudah sampai di Sekolah. Suasana tenang dan tidak begitu ramai seperti hari-hari biasa yang kadang sangat ramai oleh anak-anak sekolah Fajar Harapan, kulihat ada beberapa Guru Wali Kelas yang sedang berbincang-bincang dengan orang tua para murid di halaman sekolah, dan ternyata memang raport sudah dibagikan untuk kelas 3 SD ke atas di halaman sekolah, juga di teras sekolah tampak bangku dan meja yang sudah ditempati Kepala Yayasan Fajar Harapan (Bapak Adi), tampak mereka sedang asyik berbincang-bincang mengenai perkembangan anak-anak mereka yang bersekolah di Fajar Harapan. Ketika aku dan Papa sudah memasuki halaman sekolah tampak olehku Ibu Kepala Sekolah (Ibu Sri Ani) menghampiriku dan Papaku sambil menyapa dengan sedikit senyum ; "Bapak mau mengambil raport?". "Ya Buk", Jawab Papaku sambil tersenyum. "Untuk kelas IA silakan masuk kesini Pak?" sapa Bu kepala Skolah sambil menunjukkan ruangan kelas IA. "Bukan Buk, anak saya kelas IB", Jawab Papaku, aku diam saja, padahal dalam hatiku mungkin Bu Kepala Sekolah udah lupa kalau aku kelas IB. Aku dan papaku kemudian memasuki kelas IB disana ternyata ada penerimaan raport untuk kelas IB dan kelas IIB, aku dan papa duduk di bangku sambil menunggu Bapak Wali Kelas (Bapak Losin) yang sedang asyik juga berkonsultasi dengan para orang tua murid mengenai hasil nilai raport anak-anak didiknya. Tak berapa lama kemudian Vina datang bersama papanya (OM Wahyu) masuk ke kelas IB. "Sudah Lama", sapa Om Wahyu. "Baru tadi", jawab papaku. "Ada konsultasinya juga ya"?, kata Om Wahyu. "Ya mengenai hasil nilai raport anak-anak", jawab papaku. Kemudian Vina dan aku duduk di bangku yang sama, di depan Om Wahyu, papanya Vina. Tak berapa lama kemudian Bapak Wali Kelas memanggil papaku, "Silahkan Pak!", sapa Bapak Wali kelas. "Ya Pak selamat pagi", kata papaku sambil menyodorkan tangan dan bersalaman dengan Bapak wali kelas. Aku duduk di sebelah papaku kemudian Pak Wali kelas menjelaskan:"Perkembangan anak Bapak lumayan bagus, tidak ada nilai 6 dalam raportnya, anak Bapak rangking 9, sudah masuk sepuluh besar". "Oh ya Pak",jawab papaku. "Di rumah anak saya susah belajar, kerjaannya main Game di komputer", papaku menambahkan. "Bapak kerja Pak?" kata Pak Wali Kelas. "Ya Pak", jawab papaku agak tenang. "Boleh saya minta injin untuk photo sebetar untuk dokumentasi?" kata papaku. "Sama Siapa, Vita" jawab Pak Wali Kelas. Kemudian raport diserahkan padaku, dan papaku kemudian mengambil beberapa dokumentasi ketika Pak Wali kelas sedang berbincang dengan Om Wayu. Ada beberapa photo yang diambil papaku, ya untuk melengkapi posting ini, mudah-mudahan ini berguna untuk aku juga teman-temanku supaya aku nanti bisa belajar lebih raji lagi.
Teman-teman mari kita tengok dunia pendidikan yang langsung sumbernya aku ambil di Departement pendidikan Nasional : www.diknas.go.id

Presiden SBY : Gunakan Anggaran Pendidikan 20 Persen Tepat Sasaran, Efisien, Efektif, dan Bebas Penyimpangan

Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono meminta agar menggunakan anggaran pendidikan sebanyak 20 persen dari APBN dan APBD.. dengan sebaik-baiknya dalam arti tepat sasaran, efisien, efektif, dan bebas dari penyimpangan. Presiden SBY juga mengimbau agar menggunakan anggaran pendidikan sebanyak 20 persen dari APBN dan APBD dengan sebaik-baiknya dalam arti tepat sasaran, efisien, efektif, dan bebas dari penyimpangan. Presiden SBY juga mengimbau agar anggaran pendidikan itu untuk benar-benar meningkatkan kemampuan atau kapabilitas dan profesionalitas dari para guru.
"Gunakan anggaran dengan tepat, bebaskan atau ringankan beban biaya pendidikan bagi saudara-saudara kita yang masih miskin melalui Program BOS, program beasiswa, dan lain-lain. Bantu dan berikan dukungan kepada para guru," kata Presiden SBY pada Puncak Peringatan Hari Guru Nasional (HGN) 2008 dan HUT PGRI Ke-63 di Stadion Tenis Gelora, Senayan, Jakarta, Selasa (2/12/2008).
Hadir pada acara Menkominfo M. Nuh, Mendagri Mardiyanto, Seskab Sudi Silalahi, Mensesneg Hatta Rajasa, Juru Bicara Presiden, Andi A. Mallarange, Mendiknas Bambang Sudibyo, serta sebanyak 3.500 guru, dan sejumlah gubernur, walikota, dan bupati penerima penghargaan Satyalancana Pembangunan di Bidang Pendidikan Tahun 2008. Hadir pula sejumlah guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah penerima penghargaan Satyalancana Pendidikan Tahun 2008.
Presiden SBY mengatakan, pada tahun 2005 yang lalu beliau menyatakan bahwa pemerintah memiliki program besar untuk mengangkat pegawai negeri sipil (PNS) dalam jumlah yang besar termasuk mengangkat para guru bantu. "Realisasinya dari sebanyak 901.607 orang atau hampir 1 juta sampai akhir 2008 ini, Alhamdulillah telah dapat kita angkat sebanyak 738.042 orang. Masih tersisa 163.565 orang. Insya Allah dan menjadi tugas pemerintah untuk menuntaskannya tahun 2009 mendatang. Pemerintah ingin memberikan bukti bukan janji," katanya.
Ketua Pengurus Besar PGRI, Sulistyo, menyampaikan, tema utama peringatan HGN 2008 dan HUT PGRI Ke-63 ini adalah guru profesional, bermartabat, sejahtera, dan terlindungi menuju pendiidkan bermutu. "Kami para guru mendukung sepenuhnya apa yang Bapak Presiden kemukakan dalam berbagai kesempatan bahwa kita harus jadi bangsa terhormat dan bermartabat. Untuk mewujudkan itu semua diperlukan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu, PGRI serta segenap guru dan tenaga kependidikan saat ini siap bekerjasama menjadi mitra strategis untuk mewujudkan cita-cita tersebut," ujarnya.
Presiden SBY menyatakan, pada minggu ini, akan mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) tentang Guru. Pada PP ini, kata Presiden SBY, diatur sejumlah tunjangan sebagai bagian dalam peningkatan kesejahteraan guru. "Dalam PP tentang guru itu mari kita jalankan dan sukseskan semua amanat yang ada dalam undang-undang dan sejumlah peraturan pemerintah," katanya.
Mendiknas menyampaikan, pemerintah tidak pernah berhenti berupaya meningkatkan profesional guru dan kesejahteraan secara bertahap dan berkesinambungan. Mulai tahun 2006 s.d 2014,pemerintah, kata Mendiknas, terus menerus melaksanakan peningkatan kualifikasi dan melakukan sertifikasi guru secara bertahap sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang (UU) No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen . "Bagi mereka yang sudah memiliki sertifikat profesi, pemerintah memberikan tunjangan profesi sebesar gaji pokok PNS," katanya.
Sementara, lanjut Mendiknas, untuk guru non-PNS akan dicari formula kesetaraannya, sehingga baik guru PNS maupun guru non-PNS yang telah memenuhi ketentuan UU tentang Guru dan Dosen, maka kesejahteraannya akan setara dengan dua kali lipat dari kesetaraan PNS pada umumnya. "Marilah Hari Guru Nasional Tahun 2008 ini kita jadikan momentum untuk menjadikan pendidikan sebagai pilar utama dalam mencapai kemajuan dan kejayaan bangsa. Di mana guru memegang peranan strategis dan penting di dalamnya . Tujuan ini dapat dicapai melalui perjuangan Bapak-bapak dan Ibu Guru sekalian dalam mempersiapkan manusia Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing," ujarnya.

Mendiknas Bambang Sudibyo mengatakan, prioritas penggunaan anggaran sebanyak 20 persen dari APBN...

Prioritas Anggaran Pendidikan 20 Persen
Jakarta, Senin (24 November 2008)--Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Bambang Sudibyo mengatakan, prioritas penggunaan anggaran sebanyak 20 persen dari APBN bidang pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan guru dan dosen, menuntaskan wajib belajar 9 tahun dengan kualitas yang lebih baik, murah, dan terjangkau, akses mutu dan relevansi pendidikan menengah dan pendidikan tinggi yang lebih baik, serta mutu dan relevansi penelitian yang lebih baik.
"Kemudian para peraih medali pada olimpiade matematika sain dan teknologi tingkat internasional mendapatkan jaminan melanjutkan pendidikan di manapun dengan beasiswa pemerintah. Ini arahan bapak presiden . Lalu pendidikan nonformal yang lebih baik dan penguatan tata kelola," kata Mendiknas pada Rapat Teknis Bidang Pendidikan Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) di Hotel Sahid, Rabu (5/11/2008).Pada acara yang dihadiri para bupati dan para kepala dinas pendidikan dari seluruh Indonesia ini, Mendiknas menyampaikan fokus rencana kerja pemerintah (RKP) 2009. Mendiknas menjelaskan, penuntasan program wajib belajar pendidikan sembilan tahun akan dikhususkan bagi daerah yang kinerja pendidikannya masih tertinggal. Pada tingkat nasional, kata Mendiknas, target wajib belajar yang diukur dengan angka partisipasi kasar tingkat SMP/MTs sudah tercapai yakni 95 persen. "Beberapa provinsi sudah bisa memenuhi dan hampir separuh dari kabupaten kota juga sudah memenuhi, tetapi masih cukup banyak kabupaten yang belum bisa memenuhi 95 persen meskipun pada tingkat provinsinya sudah tuntas," katanya.Lebih lanjut Mendiknas menjelaskan, terobosan kebijakan pendidikan yang bersifat masal dan mendasar diantaranya adalah program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) serta peningkatan kompetensi, kualifikasi, dan sertifikasi guru. "Pemerintah Pusat setiap tahunnya mengalokasikan anggaran yang cukup besar untuk membantu para guru itu mendapatkan S1-nya," katanya.Program selanjutnya, kata Mendiknas, adalah penerapan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk e-pembelajaran dan e-administrasi. Menurut Mendiknas, pendidikan yang berbasis komputer dan internet ini sudah dimulai terutama pada pendidikan menengah. "SMK sudah tinggal sedikit yang tidak punya laboratorium komputer, sedangkan SMA kurang lebih baru separuh," ujarnya.Pemerintah, lanjut Mendiknas, juga akan melakukan pembangunan prasarana dan sarana pendidikan seperti laboratorium, ruang-ruang kelas baru, perpustakaaan, dan melakukan reformasi perbukuan. Selain itu, pemerintah, kata Mendiknas, akan melakukan pendekatan mutu relevansi dan daya saing pendidikan dengan pendekatan komprehensif, serta penguatan tata kelola dan perluasan pendidikan nonformal untuk mengemban layanan pada peserta didik yang tidak terjangkau pendidikan formal.Sementara, terkait program BOS, Mendiknas menyampaikan pada 2009 program BOS tunai dan BOS buku akan dijadikan satu. Unit cost-nya juga akan dinaikkan sebanyak 50 persen. Mendiknas menyebutkan, unit cost BOS tingkat sekolah dasar (SD) untuk wilayah kabupaten sebanyak Rp.397.000,00, sedangkan untuk kota sebanyak Rp.400.000,00 per orang per tahun. Kemudian, kata Mendiknas, untuk tingkat sekolah menengah pertama (SMP), setelah dinaikkan sebanyak 50 persen dan digabung adalah sebanyak Rp.570.000,00 untuk kabupaten dan Rp.575.000,00 untuk kota per orang per tahun.Di samping itu, lanjut Mendiknas, program bantuan operasional menejemen mutu (BOMM) untuk tingkat sekolah menengah yang dulu dihitung per sekolah sekarang di hitung per orang seperti BOS. Untuk sekolah menengah atas (SMA) sebanyak Rp.90.000,00 per orang per tahun, sedangkan untuk sekolah menengah kejuruan (SMK) sebanyak Rp.120.000,00 per orang per tahun. "Anggarannya masih disamakan antara kabupaten dan kota," ujarnya
Selamat Datang di Buku Teks Pelajaran Murah, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas)
sambutan :
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karuniaNya, Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia dengan penuh rasa gembira dan bangga menyuguhkan sejumlah buku teks pelajaran layak-pakai yang hak ciptanya telah dilmiliki Departemen Pendidikan Nasional.Buku-buku teks pelajaran tersebut tersedia di situs Depdiknas yang diberi nama Situs Buku Sekolah Elektronik yang disingkat BSE atau e-Book. Jumlah seluruhnya saat ini ada empat ratus tujuh (407) judul buku dan Insya Allah setiap tahunnya akan bertambah.Buku-buku teks pelajaran ini telah dinilai kelayakan pakainya oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan telah ditetapkan sebagai Buku Teks pelajaran yang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 46 Tahun 2007, Permendiknas Nomor 12 Tahun 2008, Permendiknas Nomor 34 Tahun 2008, dan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2008.Saya menyampaikan penghargaan yang tinggi kepada para penulis yang telah berdedikasi dalam perwujudan buku teks pelajaran sebagai sumber belajar yang sangat berguna bagi kepentingan peserta didik dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya untuk masa depan bangsa yang gemilang.Buku-buku teks pelajaran yang telah dimiliki hak ciptanya oleh Depdiknas ini dapat digandakan, dicetak, difotokopi, dialihmediakan, dan/atau diperdagangkan oleh perseorangan, kelompok orang, dan/atau badan hukum dalam rangka menjamin akses dan harga buku yang terjangkau oleh masyarakat. Masyarakat dapat pula mengunduh (down load) langsung dari internet jika memiliki perangkat komputer yang tersambung dengan internet, serta menyimpan file buku teks pelajarann tersebut.Untuk penggandaan yang bersifat komersial, harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Saya berharap melalui Program Masal Buku Murah ini, buku teks pelajaran lebih mudah diakses sehingga peserta didik dan pendidik di seluruh Indonesia maupun sekolah di luar negeri dapat memanfaatkannya sebagai sumber belajar yang bermutu dan terjangkau.Selamat belajar. Selamat mereguk ilmu, pengetahuan, dan teknologi melalui Buku Teks Pelajaran yang bermutu dan terjangkau.Jakarta, 20 Agustus 2008 oleh Menteri Pendidikan Nasional BAMBANG SUDIBYO (sumber www.diknas.go.id)

PICI-PICI SIPUT CANTIK PENGHUNI POHON

By Devita Sri Raihana
Teman-teman sudah pernah dengar "Pici-pici" belum?, di bali instilah ini digunakan untuk menamai siput kecil yang hidup di pohon atau air seperti di sawah. Namun kali ini papaku menemukan pici-pici alias siput kecil cantik yang sedang asyik nongkrong pada sebuah batang pohon. Sebenarnya pici-pici ini sekarang sudah sangat sulit dijumpai karena kemungkinan sudah hampir punah akibat habitatnya telah berubah menjadi hotel, vila, atau jalan. Karena bentuk dan warnanya yang sangat unik maka papaku menyempatkan diri untuk membuat dokumentasi mengenai pici-pici ini. Pici-pici ini sangat berbeda bentuknya dengan bekicot yang jauh lebih besar, bekicot terkenal sebagai hewan herbivora alias pemakan tumbuhan berupa daun-daunan. Kalau di darat saja terdapat berbagai macam jenis siput, lebih-lebih lagi siput yang hidup di air seperti sawah, danau, sungai, ataupun laut. Di sawah siput ini biasanya terkenal sebagai hama karena sering memakan batang tanaman padi, sehingga padi menjadi rusak, kalau di Bali siput air ini ada beberapa jenis yang sudah terkenal yaitu : 1. Kakul adalah sejenis siput air yang lebih besar dari pici-pici air dan kakul ini dapat dijadikan bahan makanan yang berprotein tinggi. 2. Pici-pici air adalah sejenis siput air yang bentuknya lebih kecil dari kakul, karena pici-pici air ini memang tidak bisa tumbuh besar, adapun pici-pici air ini senang makan tanaman padi atau rumput-rumputan. Dari beberapa artikel terkenal yang sering dibaca papaku pengertian siput itu adalah nama umum yang diberikan untuk hampir semua anggota kelas mollusca Gastropoda yang memiliki cangkang bergelung pada tahap dewasa. Kelas Gastropoda menempati urutan kedua terbanyak dari segi jumlah spesies anggotanya setelah insekta. Habitat, bentuk, tingkah laku, dan anatomi siputpun sangat bervariasi antar spesies.
Siput dapat ditemukan pada berbagai lingkungan yang berbeda; dari parit hingga gurun, bahkan hingga laut yang sangat dalam. Sebagian besar spesies siput adalah hewan laut. Banyak juga yang hidup di darat, air tawar, bahkan air payau. Kebanyakan siput merupakan herbivora, walaupun beberapa spesies yang hidup di darat dan laut dapat merupakan omnivora atau karnivora predator.
Siput Laut sebagai Obat
Conus geographus, siput beracun yang banyak dijumpai di bawah laut tropis khususnya Indonesia dan philiphina. Racun yang dikeluarkan berupa ratusan polipeptida toksik yang digunakan untuk membunuh ikan yang akan dimakan, mengingat binatang ini bersifat karnifora. Salah satu polipeptidnya yang bernama omega-conotoxin MVIIA telah di setujui oleh FDA (Food and Drug Administration) Amerika untuk obat nyeri pada pasien kanker, AIDS dan ganguan syaraf tertentu.Obat ini di produksi oleh Elan Corporation dengan nama dagang prialt (ziconotide intratechal infusion) dan tercatat sebagai obat pertama yang dikode oleh gene invertebrata dipakai di klinik. Omega-conotoxin MVIIA dapat menghambat transportasi kalsiun di dalam sel saraf yang akan menghantarkan sinyal rasaya nyeri. Di samping juga dari hasil percobaan bahwa senyawa ini memiliki kemampuan penghilang rasa sakit seribu kali lebih ampuh di banding morphine. Salah satu keunggulannya adalah senyawa peptida ini mirip dengan neuropeptida sehingga akan terhindar dari ketergantungan/ketagihan akan obat tersebut.Senyawa obat ini buah dari penelitian Dr Baldomero M. Olivera, warga Negara philipina yang sekarang bekerja di universitas Utah, Amerika serikat. Pada 1970, Dr olivera berkeinginan melakukan penelitian di philipina, karena tidak memiliki fasilitas di laboratoriumnya akhirnya menentukan pilihan meneliti siput beracun jenis Conus geographus. Namun berkat kerja keras dan ketekunannaya akhirnya penelitiannya membuahkan hasil yang cukup gemilang dan membantu para penderita nyeri yang banyak dialami oleh manusia dengan berbagai sebab.Ini memberikan teladan bagi para peneliti di Negara-negara yang tidak cukup mememiliki banyak dana penelitian, seperti Indonesia untuk meniru strategi dan usaha kerasnya dalam meneliti.Sampai saat ini Dr olivera telah berhasil memurnikan 150 peptida dari venom tersebut dan telah mengetahui urutan asam amino lebih dari 2000 jenis peptida racun yang dihasilkan oleh conus/siput laut. Peptida-peptida yang dihasilkan oleh siput ini umumnya memiliki panjang 12 sampai 35 asam amino dan memiliki daya ikat spesifik ke permukaan sel atau reseptornya. Sehingga bekerjanya senyawa tersebut bersifat spesifik sehingga sangat cocok untuk obat. Keunggulan lain senyawa ini adalah sangat cepat beraksi didalam sel serta sangat gampang untuk memproduksinya.Selain Omega-conotoxin MVIIA, masih ada beberapa senyawa lain yang telah di ujicobakan pada pasien diantaranya Contulakin-G yang bisa di gunakan untuk mengobati epilepsy. Mengingat ada sekitar lebih dari 500 spesies dari siput ini, dan jika masing-masing siput memiliki 50-200 senyawa aktif maka dapat diperkirakan masih ada lebih dari 50000 jenis senyawa aktif yang perpotensi untuk obat-obatan yang belum terungkap.Indonesia yang kaya laut dan kaya invertebrata-nya termasuk spesies conus tersebut, maka penemuan tersebut membuka peluang besar untuk peneliti Indonesia mengali potensi alamnya untuk penemuan obat baru dan pada akhirya akan mendatangkan devisa dan kemakmuran masyarakat.Widodo, Tsukuba University

Rabu, 17 Desember 2008

BALANG ALIAS WALANG (Bali) BELALANG (Indonesia)

By Devita Sri Raihana
Belalang adalah serangga herbivora dari subordo Caelifera dalam ordo Orthoptera. Serangga ini memiliki antena yang hampir selalu lebih pendek dari tubuhnya dan juga memiliki ovipositor pendek. Suara yang ditimbulkan beberapa spesies belalang biasanya dihasilkan dengan menggosokkan femur belakangnya terhadap sayap depan atau abdomen (disebut stridulasi), atau karena kepakan sayapnya sewaktu terbang. Femur belakangnya umumnya panjang dan kuat yang cocok untuk melompat. Serangga ini umumnya bersayap, walaupun sayapnya kadang tidak dapat dipergunakan untuk terbang. Belalang betina umumnya berukuran lebih besar dari belalang jantan.
Khasiat Belalang Dalam Dunia Pengobatan Tradisional
Dapat mengobati penyakit susah kecing dan wasir, yaitu belalang dimasak dengan uap air panas atau dikuskus kemudian dikomsumsi sebagai obat. Menurut para akhli pengobatan tradisional belalang ini juga bisa digunakan sebagai zat anti racun atau untuk menawarkan bisa racun kalajengking yaitu belalang dimasak dengan cara dibakar atau di oven kemudian dijadikan serbuk tablet untuk obat.
Zat Kandungan Belalang menurut Akhli Gizi dan Pangan
Jikalau dosen Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi IPB Sutrisno Koswara berpendapat bahwa pada serangga, termasuk belalang, ditemukan kandungan protein antara 40-60 persen, belalang ini juga dikomsumsi oleh masyarakat Gunung Kidul (Jogjakarta), menyantap belalang bukalah merupakan hal yang aneh karena belalang ini sudah terbukti banyak mengandung protein dan nilai gizi yang tinggi. Juga di sebuah negara di Afrika dimana rakyat Zimbabwe dan Etiopia menjadikan belalang sebagai tepung bahan kue. Di banyak negara Afrika, belalang termasuk seranggga yang penting sebagai sumber protein.
Belalang Dianggap sebagai Hama
Belalang memang hanya serangga. Bagi banyak orang, serangga lebih dicap sebagai hama ketimbang bahan makanan, apalagi sumber protein. Jika tanaman padi diserang belalang maka bisa diperkirakan akan terjadi gagal panen, tentunya akan mempengaruhi produksi panen di Indonesia yang terkenal sebagai negara agraris. Jadi para penangkap belalang tentunya lebih banyak menguntungkan para petani karena paling tidak bisa mengurangi populasi hama belalang di suatu daerah, dan juga belalang hasil tangkapan bisa dijadikan bahan pangan yang memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi.

BULE JUGA SENANG DENGAN JUWET LHO

By Devita Sri Raihana
Teman - teman apakah tau yang namanya "Juwet?" di Bali Juwet ini adalah tanaman yang sudah langka alias sudah jarang ditemui kecuali di daerah pegunungan atau kebun-kebun penduduk yang berada di daerah pegunungan yang masih alami. Pohon juwet ini biasanya tumbuh secara alami melalui biji. Namun tidak menutup kemungkinan pohon juwet ini bisa dibudidayakan untuk memperoleh manfaat yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Photo pada posting ini adalah dari papaku tanggal 18 Desember 2008, saat papaku meninjau sebuah lokasi tanah bersama para investor dari Amerika & Jepang yang ingin membangun sebuah kawasan Villa Mewah di kawasan Nusa Dua Selatan-Bali. Ternyata mereka para investor juga sangat menyukai Juwet ini, katanya rasanya sepet-sepet manis, ya maklum mereka katanya baru pertama kali mencicipi buah Juwet ini. Selain di Bali tanaman ini juga terdapat di daerah lain seperti Jawa, dimana disana terkenal dengan sebutan "Jamblang", atau "Anggur Jawa". Jamblang, jambu keling atau duwet adalah sejenis pohon buah dari suku jambu-jambuan (Myrtaceae). Tumbuhan berbuah sepat masam ini dikenal pula dengan berbagai nama seperti jambee kleng (Aceh), jambu kling (Gayo), jambu kalang (Min.), jambulang, jambulan, jombulan, jumblang (aneka nama lokal di Sulut), jambulan (Flores), jambula (Ternate), jamblang (Btw., Sd.). Juga jambu juwat, jiwat, jiwat padi (Ind., juwet atau duwet (Jw.), juwet, jujutan (Bl.), dhuwak, dhalas (Md.), duwe (Bima) dan lain-lain.
Dalam pelbagai bahasa asing buah ini dikenal sebagai jambulan, jambulana (Malaysia), duhat (Filipina), jambul, jamun, atau Java plum (Ingg.), dan lain-lain. Nama ilmiahnya adalah Syzygium cumini.
Pohon yang kokoh dan tidak menggugurkan daun, kadang-kadang berbatang bengkok, tinggi hingga 20 m dan gemang mencapai 90 cm. Bercabang rendah dan bertajuk bulat atau tidak beraturan. Daun-daunnya terletak berhadapan, bertangkai 1-3,5 cm. Helaian daun bundar telur terbalik agak jorong sampai jorong lonjong, 5-25 x 2-10 cm, pangkal berbentuk pasak atau membundar, ujung tumpul atau agak melancip, bertepi rata, menjangat tebal dengan tepi yang tipis dan agak tembus pandang. Hijau tua berkilat di sebelah atas, daun jamblang agak berbau terpentin apabila diremas. Daun yang muda berwarna merah jambu. Karangan bunga dalam malai atau malai rata, renggang, hingga tiga kali bercabang; umumnya muncul pada cabang-cabang yang tak berdaun. Bunga kecil, duduk rapat-rapat, 3-8 kuntum di tiap ujung tangkai, berbau harum. Daun kelopak bentuk lonceng melebar atau corong, tinggi 4-6 mm, kuning sampai keunguan. Daun mahkota bundar dan lepas-lepas, 3 mm, putih abu-abu sampai merah jambu, mudah gugur. Benang sari banyak, 4-7 mm; putik 6-7 mm. Buah buni berbentuk lonjong sampai bulat telur, sering agak bengkok, 1-5 cm, bermahkota cuping kelopak, dengan kulit tipis licin mengkilap, merah tua sampai ungu kehitaman, kadang-kadang putih. Sering dalam gerombolan besar. Daging buah putih, kuning kelabu sampai agak merah ungu, hampir tak berbau, dengan banyak sari buah, sepat masam sampai masam manis. Biji lonjong, sampai 3,5 cm. Buah jamblang biasa dimakan segar. Di India dan Filipina, seperti juga kebiasaan di beberapa daerah di Indonesia, buah jamblang yang masak dicampur dengan sedikit garam dan kadang-kadang ditambahi gula, lalu dikocok di dalam wadah tertutup (biasanya dua mangkuk ditangkupkan) sehingga lunak dan berkurang sepatnya. Buah yang kaya vitamin A dan C ini juga dapat dijadikan sari buah, jeli atau anggur. Di Filipina, anggur jamblang diusahakan secara komersial. Kayunya dapat digunakan untuk bahan bangunan, meskipun tidak istimewa dan agak mudah pecah. Kayu ini cukup kuat, tahan air dan serangan serangga; sekalipun agak sukar dikerjakan. Yang terlebih sering ialah digunakan sebagai kayu bakar. Kulit kayunya menghasilkan zat penyamak (tanin) dan dimanfaatkan untuk mewarnai (ubar) jala. Kepingan kecil pepagan ini juga terkadang dibubuhkan untuk menghambat keasaman tuak. Daunnya kerap digunakan sebagai pakan ternak. Beberapa bagian tumbuhan juga dipergunakan sebagai bahan obat, tradisional maupun modern. Kulit batang, daun, buah dan bijinya acapkali digunakan sebagai obat kencing manis, murus (diare), dan beberapa penyakit lain. Bahkan simplisia dari kulit batang (dikenal sebagai Syzygii cortex) dan biji jamblang (disebut Syzygii semen) dahulu dianjurkan sebagai sediaan apotek yang tidak wajib. Di samping tanin, bahan aktif yang dikandungnya antara lain adalah glukosida yambolin (jamboline). Pohon jamblang juga sering ditanam sebagai pohon peneduh di pekarangan dan perkebunan (misalnya untuk meneduhi tanaman kopi), atau sebagai penahan angin (wind break). Bunga-bunganya baik sebagai pakan lebah madu.

BUKAN JATI EMAS DI BUKIT PENISULA

By Devita Sri Raihana
Suatu waktu ketika papaku ditawari seseorang untuk membuat sebuah photo kondisi sebuah kawasan yang akan dibangun sebuah perhotelan mewah di sebuah kawasan Bukit Penisula (Badung-Bali), ternyata disana papaku menemukan banyak pohon jati sebagai penghijauan, padahal disana tanahnya berkapur dan sangat kering. Menurut pemilik lahan Bapak Ambara yang bertubuh tinggi besar, lahan itu adalah milik ayahnya yang diwariskan padanya, kemudian beliau ingin menyewakan lahan itu selama lima puluh tahun kepada investor, dan kebetulan saat itu papaku bertugas untuk membuat dokumentasi photo tanah yang akan dikembangkan oleh investor asing tersebut. Karena banyak pohon jati yang ditanam disana kemungkinan itu adalah jati unggul atau jati emas, namun belakangan papaku mengetahui kalau pohon jati tersebut bukanlah jati emas melainkan jati biasa alias jati lokal, dan lebih kaget lagi jati tersebut bukan ditanam melainkan tumbuh dengan sendirinya melalui proses alami yaitu bijinya diterbangkan oleh angin dan kemudian sampailah di tempat mereka tumbuh besar seperti saat ini. Dari beberapa artikel yang aku baca yang mungkin bisa menambah pengetahuan kita tentang pohon jati ini adalah seperti berikut ini :
Pohon besar dengan batang yang bulat lurus, tinggi total mencapai 40 m. Batang bebas cabang (clear bole) dapat mencapai 18-20 m. Pada hutan-hutan alam yang tidak terkelola ada pula individu jati yang berbatang bengkok-bengkok. Sementara varian jati blimbing memiliki batang yang berlekuk atau beralur dalam; dan jati pring (Jw., bambu) nampak seolah berbuku-buku seperti bambu. Kulit batang coklat kuning keabu-abuan, terpecah-pecah dangkal dalam alur memanjang batang. Pohon jati (Tectona grandis sp.) dapat tumbuh meraksasa selama ratusan tahun dengan ketinggian 40-45 meter dan diameter 1,8-2,4 meter. Namun, pohon jati rata-rata mencapai ketinggian 9-11 meter, dengan diameter 0,9-1,5 meter. Pohon jati yang dianggap baik adalah pohon yang bergaris lingkar besar, berbatang lurus, dan sedikit cabangnya. Kayu jati terbaik biasanya berasal dari pohon yang berumur lebih daripada 80 tahun. Daun umumnya besar, bulat telur terbalik, berhadapan, dengan tangkai yang sangat pendek. Daun pada anakan pohon berukuran besar, sekitar 60-70 cm × 80-100 cm; sedangkan pada pohon tua menyusut menjadi sekitar 15 × 20 cm. Berbulu halus dan mempunyai rambut kelenjar di permukaan bawahnya. Daun yang muda berwarna kemerahan dan mengeluarkan getah berwarna merah darah apabila diremas. Ranting yang muda berpenampang segi empat, dan berbonggol di buku-bukunya. Bunga majemuk terletak dalam malai besar, 40 cm × 40 cm atau lebih besar, berisi ratusan kuntum bunga tersusun dalam anak payung menggarpu dan terletak di ujung ranting; jauh di puncak tajuk pohon. Taju mahkota 6-7 buah, keputih-putihan, 8 mm. Berumah satu. Buah berbentuk bulat agak gepeng, 0,5 – 2,5 cm, berambut kasar dengan inti tebal, berbiji 2-4, tetapi umumnya hanya satu yang tumbuh. Buah tersungkup oleh perbesaran kelopak bunga yang melembung menyerupai balon kecil. Jati menyebar luas mulai dari India, Myanmar, Laos, Kamboja, Thailand, Indochina, sampai ke Jawa. Jati tumbuh di hutan-hutan gugur, yang menggugurkan daun di musim kemarau. Menurut sejumlah ahli botani, jati merupakan spesies asli di Burma, yang kemudian menyebar ke Semenanjung India, Muangthai, Filipina, dan Jawa. Sebagian ahli botani lain menganggap jati adalah spesies asli di Burma, India, Muangthai, dan Laos. Sekitar 70% kebutuhan jati dunia pada saat ini dipasok oleh Burma. Sisa kebutuhan itu dipasok oleh India, Thailand, Jawa, Srilangka, dan Vietnam. Namun, pasokan dunia dari hutan jati alami satu-satunya berasal dari Burma. Lainnya berasal dari hasil hutan tanaman jati. Jati paling banyak tersebar di Asia. Selain di keempat negara asal jati dan Indonesia, jati dikembangkan sebagai hutan tanaman di Srilangka (sejak 1680), Tiongkok (awal abad ke-19), Bangladesh (1871), Vietnam (awal abad ke-20), dan Malaysia (1909). Iklim yang cocok adalah yang memiliki musim kering yang nyata, namun tidak terlalu panjang, dengan curah hujan antara 1200-3000 mm pertahun dan dengan intensitas cahaya yang cukup tinggi sepanjang tahun. Ketinggian tempat yang optimal adalah antara 0 – 700 m dpl; meski jati bisa tumbuh hingga 1300 m dpl. Tegakan jati sering terlihat seperti hutan sejenis, yaitu hutan yang seakan-akan hanya terdiri dari satu jenis pohon. Ini dapat terjadi di daerah beriklim muson yang begitu kering, kebakaran lahan mudah terjadi dan sebagian besar jenis pohon akan mati pada saat itu. Tidak demikian dengan jati. Pohon jati termasuk spesies pionir yang tahan kebakaran karena kulit kayunya tebal. Lagipula, buah jati mempunyai kulit tebal dan tempurung yang keras. Sampai batas-batas tertentu, jika terbakar, lembaga biji jati tidak rusak. Kerusakan tempurung biji jati justru memudahkan tunas jati untuk keluar pada saat musim hujan tiba. Guguran daun lebar dan rerantingan jati yang menutupi tanah melapuk secara lambat, sehingga menyulitkan tumbuhan lain berkembang. Guguran itu juga mendapat bahan bakar yang dapat memicu kebakaran —yang dapat dilalui oleh jati tetapi tidak oleh banyak jenis pohon lain. Demikianlah, kebakaran hutan yang tidak terlalu besar justru mengakibatkan proses pemurnian tegakan jati: biji jati terdorong untuk berkecambah, pada saat jenis-jenis pohon lain mati. Tanah yang sesuai adalah yang agak basa, dengan pH antara 6-8, sarang (memiliki aerasi yang baik), mengandung cukup banyak kapur (Ca, calcium) dan fosfor (P). Jati tidak tahan tergenang air. Pada masa lalu, jati sempat dianggap sebagai jenis asing yang dimasukkan (diintroduksi) ke Jawa; ditanam oleh orang-orang Hindu ribuan tahun yang lalu. Namun pengujian variasi isozyme yang dilakukan oleh Kertadikara (1994) menunjukkan bahwa jati di Jawa telah berevolusi sejak puluhan hingga ratusan ribu tahun yang silam (Mahfudz dkk., t.t. ). Karena nilai kayunya, jati kini juga dikembangkan di luar daerah penyebaran alaminya. Di Afrika tropis, Amerika tengah, Australia, New Zealand, Pasifik dan Taiwan. Sebaran hutan jati di Indonesia Di Indonesia sendiri, selain di Jawa dan Muna, jati juga dikembangkan di Bali dan Nusa Tenggara. Dalam beberapa tahun terakhir, ada upaya untuk mengembangkan jati di Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan. Hasilnya kurang menggembirakan. Jati mati setelah berusia dua atau tiga tahun. Masalahnya, tanah di kedua tempat ini sangat asam. Jati sendiri adalah jenis yang membutuhkan zat kalsium dalam jumlah besar, juga zat fosfor. Selain itu, jati membutuhkan cahaya matahari yang berlimpah. Sekarang, di luar Jawa, kita dapat menemukan hutan jati secara terbatas di beberapa tempat di Pulau Sulawesi, Pulau Muna, daerah Bima di Pulau Sumbawa, dan Pulau Buru. Jati berkembang juga di daerah Lampung di Pulau Sumatera. Pada 1817, Raffles mencatat jika hutan jati tidak ditemukan di Semenanjung Malaya atau Sumatera atau pulau-pulau berdekatan. Jati hanya tumbuh subur di Jawa dan sejumlah pulau kecil di sebelah timurnya, yaitu Madura, Bali, dan Sumbawa. Perbukitan di bagian timur laut Bima di Sumbawa penuh tertutup oleh jati pada saat itu. Heyne, pada 1671, mencatat keberadaan jati di Sulawesi, walau hanya di beberapa titik di bagian timur. Ada sekitar 7.000 ha di Pulau Muna dan 1.000 ha di pedalaman Pulau Butung di Teluk Sampolawa. Heyne menduga jati sesungguhnya terdapat pula di Pulau Kabaena, serta di Rumbia dan Poleang, di Sulawesi Tenggara. Analisis DNA mutakhir memperlihatkan bahwa jati di Sulawesi Tenggara merupakan cabang perkembangan jati jawa. Jati yang tumbuh di Sulawesi Selatan baru ditanam pada masa 1960an dan 1970an. Ketika itu, banyak lahan di Billa, Soppeng, Bone, Sidrap, dan Enrekang sedang dihutankan kembali. Di Billa, pertumbuhan pohon jatinya saat ini tidak kalah dengan yang ada di Pulau Jawa. Garis tengah batangnya dapat melebihi 30 cm. Penyebaran jati ke Jawa Walaupun menyebar luas di Pulau Jawa dan Kepulauan Sunda Kecil, mayoritas ahli sepakat bahwa jati bukan tumbuhan asli di Indonesia. Ada beberapa dugaan tentang asal mula budidaya jati di Indonesia. Raffles menunjukkan bahwa, pada abad ke-15 dan ke-16, hutan jati yang terdekat dengan Jawa dan Kepulauan Sunda Kecil berada di Siam dan Pegu. Kedua negeri itu tercatat pernah mengekspor barang ke Jawa melalui kapal-kapal besar. Ia lantas menduga bahwa orang laut dulu mengimpor jati, entah dari Pegu, entah dari Malabar. Oleh karena jarak antarpohon cenderung beraturan, Altma (1922) memperkirakan bahwa hutan jati di Jawa mungkin merupakan hasil penanaman di akhir era Hindu (abad ke-14 hingga ke-16). Ia menduga jika penguasa Jawa masa itu telah menganggap jati sebagai suatu pohon suci. Mereka lantas mengimpor jenis pohon itu dari Kelinga di pantai timur India Selatan sejak abad kedua. Jati memang banyak ditemukan di sekitar candi-candi untuk menghormati Dewa Syiwa. Namun, Simatupang (2000) melihat jika jati telah menyebar jauh lebih luas. Ia menduga penyebaran yang lebih luas ini berkat keterlibatan para petani sekitar candi. Para petani itu sudah melihat kegunaan jati dan budidayanya yang mudah. Simatupang menduga bahwa, di tempat-tempat tertentu di Jawa yang tidak cocok untuk persawahan, perladangan berpindah dipraktikkan. Perladangan berpindah adalah cara bertani yang biasa dilakukan semasa itu di banyak daerah lain di Indonesia, bahkan Asia Tenggara. Sebelum berpindah ladang, petani-petani di Jawa Tengah dan Jawa Timur mungkin telah menanam pohon jati. Oleh karena sesuai dengan iklim kering setempat yang kerap menimbulkan kebakaran, jati kemudian menjadi spesies dominan. Daerah sebaran hutan jati di Jawa Sedini 1927, hutan jati tercatat menyebar di pantai utara Jawa, mulai dari Kerawang hingga ke ujung timur pulau ini. Namun, hutan jati paling banyak menyebar di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, yaitu sampai ketinggian 650 meter di atas permukaan laut. Hanya di daerah Besuki jati tumbuh tidak lebih daripada 200 meter di atas permukaan laut. Di kedua provinsi ini, hutan jati sering terbentuk secara alami akibat iklim muson yang menimbulkan kebakaran hutan secara berkala. Hutan jati yang cukup luas di Jawa terpusat di daerah alas roban Rembang, Blora, Groboragan, dan Pati. Bahkan, jati jawa dengan mutu terbaik dihasilkan di daerah tanah perkapuran Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Saat ini, sebagian besar lahan hutan jati di Jawa dikelola oleh Perhutani, sebuah perusahaan umum milik negara di bidang kehutanan. Pada 2003, luas lahan hutan Perhutani mencapai hampir seperempat luas Pulau Jawa. Luas lahan hutan jati Perhutani di Jawa mencapai sekitar 1,5 juta hektar. Ini nyaris setara dengan setengah luas lahan hutan Perhutani atau sekitar 11% luas Pulau Jawa. Kayu jati merupakan kayu kelas satu karena kekuatan, keawetan dan keindahannya. Secara teknis, kayu jati memiliki kelas kekuatan I dan kelas keawetan I. Kayu ini sangat tahan terhadap serangan rayap. Kayu teras jati berwarna coklat muda, coklat kelabu hingga coklat merah tua. Kayu gubal, di bagian luar, berwarna putih dan kelabu kekuningan. Meskipun keras dan kuat, kayu jati mudah dipotong dan dikerjakan, sehingga disukai untuk membuat furniture dan ukir-ukiran. Kayu yang diampelas halus memiliki permukaan yang licin dan seperti berminyak. Pola-pola lingkaran tahun pada kayu teras nampak jelas, sehingga menghasilkan gambaran yang indah. Dengan kehalusan tekstur dan keindahan warna kayunya, jati digolongkan sebagai kayu mewah. Oleh karena itu, jati banyak diolah menjadi mebel taman, mebel interior, kerajinan, panel, dan anak tangga yang berkelas. Sekalipun relatif mudah diolah, jati terkenal sangat kuat dan awet, serta tidak mudah berubah bentuk oleh perubahan cuaca. Atas alasan itulah, kayu jati digunakan juga sebagai bahan dok pelabuhan, bantalan rel, jembatan, kapal niaga, dan kapal perang. Tukang kayu di Eropa pada abad ke-19 konon meminta upah tambahan jika harus mengolah jati. Ini karena kayu jati sedemikian keras hingga mampu menumpulkan perkakas dan menyita tenaga mereka. Manual kelautan Inggris bahkan menyarankan untuk menghindari kapal jung Tiongkok yang terbuat dari jati karena dapat merusak baja kapal marinir Inggris jika berbenturan. Pada abad ke-17, tercatat jika masyarakat Sulawesi Selatan menggunakan akar jati sebagai penghasil pewarna kuning dan kuning coklat alami untuk barang anyaman mereka. Di Jawa Timur, masyarakat Pulau Bawean menyeduh daun jati untuk menghasilkan bahan pewarna coklat merah alami. Orang Lamongan memilih menyeduh tumbukan daun mudanya. Sementara itu, orang Pulau Madura mencampurkan tumbukan daun jati dengan asam jawa. Pada masa itu, pengidap penyakit kolera pun dianjurkan untuk meminum seduhan kayu dan daun jati yang pahit sebagai penawar sakit. Jati burma sedikit lebih kuat dibandingkan jati jawa. Namun, di Indonesia sendiri, jati jawa menjadi primadona. Tekstur jati jawa lebih halus dan kayunya lebih kuat dibandingkan jati dari daerah lain di negeri ini. Produk-produk ekspor yang disebut berbahan java teak (jati jawa, khususnya dari Jawa Tengah dan Jawa Timur) sangat terkenal dan diburu oleh para kolektor di luar negeri. Menurut sifat-sifat kayunya, di Jawa orang mengenal beberapa jenis jati (Mahfudz dkk., t.t.): 1. Jati lengo atau jati malam, memiliki kayu yang keras, berat, terasa halus bila diraba dan seperti mengandung minyak (Jw.: lengo, minyak; malam, lilin). Berwarna gelap, banyak berbercak dan bergaris. 2. Jati sungu. Hitam, padat dan berat (Jw.: sungu, tanduk). 3. Jati werut, dengan kayu yang keras dan serat berombak. 4. Jati doreng, berkayu sangat keras dengan warna loreng-loreng hitam menyala, sangat indah. 5. Jati kembang. 6. Jati kapur, kayunya berwarna keputih-putihan karena mengandung banyak kapur. Kurang kuat dan kurang awet. Kayu jati mengandung semacam minyak dan endapan di dalam sel-sel kayunya, sehingga dapat awet digunakan di tempat terbuka meski tanpa divernis; apalagi bila dipakai di bawah naungan atap. Jati sejak lama digunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal laut, termasuk kapal-kapal VOC yang melayari samudera di abad ke-17. Juga dalam konstruksi berat seperti jembatan dan bantalan rel. Di dalam rumah, selain dimanfaatkan sebagai bahan baku furniture, kayu jati digunakan pula dalam struktur bangunan. Rumah-rumah tradisional Jawa, seperti rumah joglo Jawa Tengah, menggunakan kayu jati di hampir semua bagiannya: tiang-tiang, rangka atap, hingga ke dinding-dinding berukir. Dalam industri kayu sekarang, jati diolah menjadi venir (veneer) untuk melapisi wajah kayu lapis mahal; serta dijadikan keping-keping parket (parquet) penutup lantai. Selain itu juga diekspor ke mancanegara dalam bentuk furniture luar-rumah. Ranting-ranting jati yang tak lagi dapat dimanfaatkan untuk mebel, dimanfaatkan sebagai kayu bakar kelas satu. Kayu jati menghasilkan panas yang tinggi, sehingga dulu digunakan sebagai bahan bakar lokomotif uap. Sebagian besar kebutuhan kayu jati dunia dipasok oleh Indonesia dan Myanmar.
Fungsi ekonomis hutan jati jawa: hasil hutan kayu
Sebagai jenis hutan paling luas di Pulau Jawa, hutan jati memiliki nilai ekonomis, ekologis, dan sosial yang penting. Kayu jati jawa telah dimanfaatkan sejak jaman Kerajaan Majapahit. Jati terutama dipakai untuk membangun rumah dan alat pertanian. Sampai dengan masa Perang Dunia Kedua, orang Jawa pada umumnya hanya mengenal kayu jati sebagai bahan bangunan. Kayu-kayu bukan jati disebut ‘kayu tahun’. Artinya, kayu yang keawetannya untuk beberapa tahun saja. Selain itu, jati digunakan dalam membangun kapal-kapal niaga dan kapal-kapal perang. Beberapa daerah yang berdekatan dengan hutan jati di pantai utara Jawa pun pernah menjadi pusat galangan kapal, seperti Tegal, Juwana, Tuban, dan Pasuruan. Namun, galang kapal terbesar dan paling kenal berada di Jepara dan Rembang, sebagaimana dicatat oleh petualang Tomé Pires pada awal abad ke-16. VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie, Kompeni Hindia Timur Belanda) bahkan sedemikian tertarik pada “emas hijau” ini hingga berkeras mendirikan loji pertama mereka di Pulau Jawa —tepatnya di Jepara— pada 1651. VOC juga memperjuangkan izin berdagang jati melalui Semarang, Jepara, dan Surabaya. Ini karena mereka menganggap perdagangan jati akan jauh lebih menguntungkan daripada perdagangan rempah-rempah dunia yang saat itu sedang mencapai puncak keemasannya. Di pertengahan abad ke-18, VOC telah mampu menebang jati secara lebih modern. Dan, sebagai imbalan bantuan militer mereka kepada Kerajaan Mataram di awal abad ke-19, VOC juga diberikan izin untuk menebang lahan hutan jati yang luas. VOC lantas mewajibkan para pemuka bumiputera untuk menyerahkan kayu jati kepada VOC dalam jumlah tertentu yang besar. Melalui sistem blandong, para pemuka bumiputera ini membebankan penebangan kepada rakyat di sekitar hutan. Sebagai imbalannya, rakyat dibebaskan dari kewajiban pajak lain. Jadi, sistem blandong tersebut merupakan sebentuk kerja paksa. VOC kemudian memboyong pulang gelondongan jati jawa ke Amsterdam dan Rotterdam. Kedua kota pelabuhan terakhir ini pun berkembang menjadi pusat-pusat industri kapal kelas dunia. Di pantai utara Jawa sendiri, galangan-galangan kapal Jepara dan Rembang tetap sibuk hingga pertengahan abad ke-19. Mereka gulung tikar hanya setelah banyak pengusaha perkapalan keturunan Arab lebih memilih tinggal di Surabaya. Lagipula, saat itu kapal lebih banyak dibuat dari logam dan tidak banyak bergantung pada bahan kayu. Namun, pascakemerdekaan negeri ini, jati jawa masih sangat menguntungkan. Produksi jati selama periode emas 1984-1988 mencapai 800.000 m3/tahun. Ekspor kayu gelondongan jati pada 1989 mencapai 46.000 m3, dengan harga jual dasar 640 USD/m3. Pada 1990, ekspor gelondongan jati dilarang oleh pemerintah karena kebutuhan industri kehutanan di dalam negeri yang melonjak. Sekalipun demikian, Perhutani mencatat bahwa sekitar 80% pendapatan mereka dari penjualan semua jenis kayu pada 1999 berasal dari penjualan gelondongan jati di dalam negeri. Pada masa yang sama, sekitar 89% pendapatan Perhutani dari ekspor produk kayu berasal dari produk-produk jati, terutama yang berbentuk garden furniture (mebel taman).
Manfaat yang lain
Daun jati dimanfaatkan secara tradisional di Jawa sebagai pembungkus, termasuk pembungkus makanan. Nasi yang dibungkus dengan daun jati terasa lebih nikmat. Contohnya adalah nasi jamblang yang terkenal dari daerah Jamblang, Cirebon. Daun jati juga banyak digunakan di Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur sebagai pembungkus tempe. Berbagai jenis serangga hama jati juga sering dimanfaatkan sebagai bahan makanan orang desa. Dua di antaranya adalah belalang jati (Jw. walang kayu), yang besar berwarna kecoklatan, dan ulat-jati (Endoclita). Ulat jati bahkan kerap dianggap makanan istimewa karena lezatnya. Ulat ini dikumpulkan menjelang musim hujan, di pagi hari ketika ulat-ulat itu bergelantungan turun dari pohon untuk mencari tempat untuk membentuk kepompong (Jw. ungkrung). Kepompong ulat jati pun turut dikumpulkan dan dimakan. Fungsi ekonomis lain dari hutan jati jawa Jika berkunjung ke hutan-hutan jati di Jawa, kita akan melihat bahwa kawasan-kawasan itu memiliki fungsi ekonomis lain di samping menghasilkan kayu jati. Banyak pesanggem (petani) yang hidup di desa hutan jati memanfaatkan kulit pohon jati sebagai bahan dinding rumah mereka. Daun jati, yang lebar berbulu dan gugur di musim kemarau itu, mereka pakai sebagai pembungkus makanan dan barang. Cabang dan ranting jati menjadi bahan bakar bagi banyak rumah tangga di desa hutan jati. Hutan jati terutama menyediakan lahan garapan. Di sela-sela pepohonan jati, para petani menanam palawija berbanjar-banjar. Dari hutan jati sendiri, mereka dapat memperoleh penghasilan tambahan berupa madu, sejumlah sumber makanan berkarbohidrat, dan obat-obatan. Makanan pengganti nasi yang tumbuh di hutan jati misalnya adalah gadung (Dioscorea hispida) dan uwi (Dioscorea alata). Bahkan, masyarakat desa hutan jati juga memanfaatkan iles-iles (Ammorphophallus) pada saat paceklik. Tumbuhan obat-obatan tradisional seperti kencur (Alpina longa), kunyit (Curcuma domestica), jahe (Zingiber officinale), dan temu lawak (Curcuma longa) tumbuh di kawasan hutan ini. Pohon jati juga menghasilkan bergugus-gugus bunga keputihan yang merekah tak lama setelah fajar. Masa penyerbukan bunga jati yang terbaik terjadi di sekitar tengah hati —setiap bunga hidup hanya sepanjang satu hari. Penyerbukan bunga dilakukan oleh banyak serangga, tetapi terutama oleh jenis-jenis lebah. Oleh karena itu, penduduk juga sering dapat memanen madu lebah dari hutan-hutan jati. Masyarakat desa hutan jati di Jawa juga biasa memelihara ternak seperti kerbau, sapi, dan kambing. Jenis ternak tersebut memerlukan rumput-rumputan sebagai pakan. Walaupun para petani kadang akan mudah mendapatkan rerumputan di sawah atau tegal, mereka lebih banyak memanfaatkan lahan hutan sebagai sumber penghasil makanan ternak. Dengan melepaskan begitu saja ternak ke dalam hutan, ternak akan mendapatkan beragam jenis pakan yang diperlukan. Waktu yang tidak dipergunakan oleh keluarga petani untuk mengumpulkan rerumputan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lainnya.
Fungsi non-ekonomis hutan jati jawa
Pada 2003, sekitar 76% lahan hutan jati Perhutani di Jawa dikukuhkan sebagai hutan produksi, yaitu kawasan hutan dengan fungsi pokok memproduksi hasil hutan (terutama kayu). Hanya kurang dari 24% hutan jati Perhutani dikukuhkan sebagai hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, dan cagar alam. Mengingat lahannya yang relatif cukup luas, hutan jati dipandang memiliki fungsi-fungsi non-ekonomis yang penting. Fungsi-fungsi non-ekonomis tersebut adalah sebagai berikut: Fungsi penyangga ekosistem Tajuk pepohonan dalam hutan jati akan menyerap dan menguraikan zat-zat pencemar (polutan) dan cahaya yang berlebihan. Tajuk hutan itu pun melakukan proses fotosintesis yang menyerap karbondioksida dari udara dan melepaskan kembali oksigen dan uap air ke udara. Semua ini membantu menjaga kestabilan iklim di dalam dan sekitar hutan. Hutan jati pun ikut mendukung kesuburan tanah. Ini karena akar pepohonan dalam hutan jati tumbuh melebar dan mendalam. Pertumbuhan akar ini akan membantu menggemburkan tanah, sehingga memudahkan air dan udara masuk ke dalamnya. Tajuk (mahkota hijau) pepohonan dan tumbuhan bawah dalam hutan jati akan menghasilkan serasah, yaitu jatuhan ranting, buah, dan bunga dari tumbuhan yang menutupi permukaan tanah hutan. Serasah menjadi bahan dasar untuk menghasilkan humus tanah. Berbagai mikroorganisme hidup berlindung dan berkembang dalam serasah ini. Uniknya, mikroorganisme itu juga yang akan memakan dan mengurai serasah menjadi humus tanah. Serasah pun membantu meredam entakan air hujan sehingga melindungi tanah dari erosi oleh air. Fungsi biologis Jika hutan jati berbentuk hutan murni —sehingga lebih seperti ‘kebun’ jati— erosi tanah justru akan lebih besar terjadi. Tajuk jati rakus cahaya matahari sehingga cabang-cabangnya tidak semestinya bersentuhan. Perakaran jati juga tidak tahan bersaing dengan perakaran tanaman lain. Dengan demikian, serasah tanah cenderung tidak banyak. Tanpa banyak tutupan tumbuhan pada lantai hutan, lapisan tanah teratas lebih mudah terbawa oleh aliran air dan tiupan angin. Untunglah, hutan jati berkembang dengan sejumlah tanaman yang lebih beragam. Di dalam hutan jati, kita dapat menemukan bungur (Lagerstroemia speciosa), dlingsem (Homalium tomentosum), dluwak (Grewia paniculata), katamaka (Kleinhovia hospita), kemloko (Phyllanthus emblica), kepuh (Sterculia foetida), kesambi (Schleichera oleosa), laban (Vitex pubscens), ploso (Butea monosperma), serut (Streblus asper), trengguli (Cassia fistula), winong (Tetrameles nudflora), dan lain-lain. Lamtoro (Leucenia leucocephalla) dan akasia (Acacia villosa) pun ditanam sebagai tanaman sela untuk menahan erosi tanah dan menambah kesuburan tanah. Daerah Gunung Kidul, Yogyakarta, yang gersang dan rusak parah sebelum 1978, ternyata berhasil diselamatkan dengan pola penanaman campuran jati dan jenis-jenis lain ini. Dalam selang waktu hampir 30 tahun, lebih dari 60% lahan rusak dapat diubah menjadi lahan yang menghasilkan. Penduduk setempat paling banyak memilih menanam jati di lahan mereka karena melihat nilai manfaatnya, cara tanamnya yang mudah, dan harga jual kayunya yang tinggi. Mereka mencampurkan penanaman jati di kebun dan pekarangan mereka dengan mahoni (Swietenia mahogany), akasia (Acacia villosa), dan sonokeling (Dalbergia latifolia). Daerah Gunung Kidul kini berubah menjadi lahan hijau yang berhawa lebih sejuk dan memiliki keragaman hayati yang lebih tinggi. Perubahan lingkungan itu telah mengundang banyak satwa untuk singgah, terutama burung —satwa yang kerap dijadikan penanda kesehatan suatu lingkungan. Selain itu, kekayaan lahan ini sekaligus menjadi cadangan sumberdaya untuk masa depan. Fungsi sosial Banyak lahan hutan jati di Jawa, baik yang dikukuhkan sebagai hutan produksi maupun hutan non-produksi, memberikan layanan sebagai pusat penelitian dan pendidikan, pusat pemantauan alam, tempat berekreasi dan pariwisata, serta sumber pengembangan budaya.Yang mungkin paling menarik untuk dikunjungi adalah Monumen Gubug Payung di Cepu, Blora, Jawa Tengah. Tempat ini merupakan museum hidup dari pepohonan jati yang berusia lebih dari seabad, setinggi rata-rata di atas 39 meter dan berdiameter rata-rata 89 sentimeter.Kita dapat menikmati pemandangan hutan dari ketinggian dengan menumpang loko “Bahagia”. Di sini, kita juga dapat meninjau Arboretum Jati; hutan buatan dengan koleksi 32 jenis pohon jati yang tumbuh di seluruh Indonesia. Ada juga Puslitbang Cepu yang mengembangkan bibit jati unggul yang dikenal sebagai JPP (Jati Plus Perhutani). Pengunjung boleh membeli sapihan jati dan menanamnya sendiri di sini. Pengelola kemudian akan merawat dan menamai pohon itu sesuai dengan nama pengunjung bersangkutan.

Selasa, 16 Desember 2008

GAMAL TANAMAN PENGHIJAUAN YANG BANYAK MANFAATNYA

By Devita Sri Raihana
Pohon Gamal, bahasa latinnya adalah Gliricidia Sepium. Sama halnya dengan Kaliandra maka jenis tanaman ini masuk ke dalam kelompok polong-polongan atau Leguminoseae. Gamal merupakan akronim dari Ganyang Mati Alang-Alang yang dikarenakan bermanfaat untuk mencegah pertumbuhan alang-alang. Di daerah Priangan julukan pohon ini adalah Cebreng, Tancep Langsung Breng (Tumbuh). Di daerah pantai selatan pulau Jawa maka pohon ini bermanfaat sebagai pematah kecepatan angin laut. Daun Gamal dapat diberikan sebagai Pakan Ternak dengan Kandungan Gizi adalah 3 – 6,4% Nitrogen, 0,31% P, 0,77% K, 15 – 30% serat kasar dan 10% Abu. Daun Gamal yang rontok dan jatuh ke tanah pada musim kemarau sangat bermanfaat juga untuk meningkatkan bahan organik serta kadar nitrogen tanah. Pohon Gamal juga dijadikan pohon rambatan Vanili di lahan perkebunan . Daunnya dapat diberikan sebagai Pakan Ternak saat dilakukan Pemangkasan. Pohon, tinggi 2-6 m. Akar, tunggang, berserabut banyak, putih kecoklatan. Batang, tegak, bulat berkerak, berkayu, putih krem, mudah retak; permukaan kulit agak kasar, retak-retak kecil, berlentisel jarang, hijau kecoklatan. Cabang, silindris, berkayu, putih; permukaan kulit berlentisel, hijau muda berkilau. Daun, majemuk, tersebar, bertangkai: tangkai daun 8-12 cm, silindris, gundul, menebal di bagian pangkal, hijau muda; helaian daun, elips hingga jorong, 3-7 x 1,5-3 cm, pangkal tumpul hingga membulat, ujung meruncing, tepi rata; permukaan atas gundul hijau tua, permukaan bawah gundul hijau muda; ibu tulang daun rata pada permukaan atas, menonjol pada permukaan bawah, hijau keputihan; tulang daun sekunder menyirip, 4-6 pasang; urat daun tidak jelas. Perbungaan majemuk, berkarang, berkelamin 2, keluar dari ketiak daun, bertangkai: tangkai bunga 0,5-1 cm, silindris, putih; benang sari kuning, putik putih. Buah, polongan, 10-11,5 cm, hijau. Biji, kecil, coklat. Ekologi, tumbuh dengan baik di daerah lembab hingga daerah yang beriklim kering, banyak di temui di tepi jalan, tepi sungai, di ladang, kebun dan pekarangan sebagai tanaman pagar, serta di tempat-tempat terbuka. Jenis ini dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dengan ketinggian tempat 1-2000 m dpl. Distribusi, di Indonesia meliputi hampir seluruh wilayah Nusantara, seperti Sumatra, Kalimantan, Jawa, Madura, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, Ambon Ternate, Tidore dan Irian Jaya.
Kegunan dalam hal pengobatan : Pohon gamal berkhasiat sebagai obat penyubur rambut dan penghalus kulit.
Tanaman ini telah lama dapat diperbanyak dengan menggunakan stek batang/cabang dan biji. Cara perbanyakan yang umum dilakukan adalah dengan stek batang/cabang. Perbanyakan dengan stek dilakukan dengan memilih batang atau cabang yang tidak terlalu tua atau terlalu muda dari pohon induk yang tidak terkena penyakit, berdiameter 1,5-2 cm, panjang 15-30 cm, kemudian dipotong miring dan segera ditancapkan pada media tanam di polibag terlebih dulu hingga stek bertunas. Penanaman dilakukan di lapangan yang telah digemburkan tanahnya hingga subur dan pemberian pupuk kandang atau pupuk organik yang telah masak secukupnya, jarak tanam 1x1 m. Gamal tidak membutuhkan perawatan yang intensif, hanya pemangkasan dan penjarangan agar tanaman ini lebih teratur. Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musin penghujan atau pada ahir musim kemarau.
Penemuan Daun Gamal Sebagai bahan atau zat yang membantu proses pematangan atau pemasakan pisang
Pemasakan pisang dengan menggunakan daun gamal juga terbebas dari zat kimia yang merugikan. Dari sisi pencemaran, penggunaan daun gamal termasuk cara yang ramah lingkungan. Cara pematangan pisang menggunakan daun gamal tidak sulit. Hal itu diungkapkan dua peneliti remaja di Bali di depan dewan juri di babak final. Sekitar pisang diisi daun gamal, kemudian dibungkus dengan menggunakan kampil atau karung. Tunggu tiga hari pisang sudah matang dengan aroma alami.

KAKTUS BUKIT PENISULA

By Devita Sri Raihana
Di daerah bukit berkapur nan tandus dimana dahulu pertanian hampir mustahil dapat dilakukan karena berupa tanah bukit yang penuh dengan batu kapur, semua pohon hampir mustahil dapat tumbuh pada tanah kapur, jadi para pemilik tanah di Bukit Penisula (kabupaten Badung-Bali) menggunakan pohon kaktus sebagai pagar hidup di daerah berkapur ini, karena kaktus dapat tumbuh disela-sela batu kapur yang terkenal sangat panas pada musim kemarau. Photo ini didapat oleh papaku saat beluau survey sebuah lokasi tempat hotel atau vila di sekitar Nusa Dua Selatan (dekat kawasan Hotel Nikko Bali). Memang papaku saat itu diberi tugas untuk melakukan survey photo lokasi tanah yang disewakan pemiliknya kira-kira ada 5 hektar (50.000m2), ternyata penduduk disana jaman dahulu sudah mengenal kaktus untuk dijadikan sebagai pagar hidup. Aku tadinya mengira tanaman tersebut memang asli berasal dari daerah tersebut, ternyata setelah aku membaca beberapa artikel tentang kaktus, aku jadi kaget ternyata kaktus itu bukanlah tanaman yang berasal dari Bukit Penisula, atau mungkinkah kaktus tersebut adalah kaktus lokal yang memang sudah tumbuh semenjak jaman ribuan tahun sebelum masehi? akupun tidak tahu, bahkan menurut para akhli ada kaktus yang bisa dikomsumsi untuk manusia, tadinya aku mengira kaktus itu mengandung racun, ternyata menurut para akhli bisa dijadikan pakan ternak juga, berikut artikel tambahannya:
Kaktus adalah nama yang diberikan untuk anggota tumbuhan berbunga famili Cactaceae. Kaktus dapat tumbuh pada waktu yang lama tanpa air. Kaktus biasa ditemukan di daerah-daerah yang kering (gurun). Kata jamak untuk kaktus adalah kakti. Kaktus memiliki daun yang berubah bentuk menjadi duri sehingga dapat mengurangi penguapan air lewat daun. Oleh sebab itu, kaktus dapat tumbuh pada waktu yang lama tanpa air.
Potensi Kaktus dari Lahan Kritis dan Lahan GersangTanaman kaktus pertama kali masuk ke Indonesia karena ditawan oleh orang Belanda pada akhir abad ke-19. Awalnya, kaktus tersebut dikembangkan untuk pakan ternak di daerah Nusa Tenggara. Kaktus (Opuntia spp) merupakan tanaman asli dari daerah benua Amerika yang sangat mudah berkembang atau gampang memperbanyak diri. Praktis ditancapkan batangnya saja langsung tumbuh dan sangat mudah beradaptasi di setiap jenis mutu lahan dan sangat rendah tuntutannya terhadap air. Di lahan gurun pun tanaman kaktus mudah tumbuh. Di berbagai lahan gersang, kaktus dapat tumbuh subur. Tetapi, karena tidak mendapat perhatian dan pembudidayaan yang memadai, kaktus di Indonesia masih terbengkalai sehingga saat ini kedudukan kaktus sangat rendah di masyarakat, yaitu hanya dikenal sebagai the breed of the poor. Buah dan batang kaktus sangat kaya akan sari buah, manis rasanya, dan fresh. Sari kaktus dapat dikonsumsi langsung atau dikombinasikan dengan buah-buahan lain, baik dalam minuman es campur maupun es krim. Sari kaktus lumayan memiliki kandungan karbohidrat, kalium, phosphor kalium, serta vitamin B dan C. Buahnya dapat digunakan sebagai bahan baku untuk membuat jam, jelly, wine, dan vinegar (cuka). Kulit kaktus sangat tebal, yaitu sekitar 30 persen dan sekitar 40 persen dari total berat, dapat digunakan sebagai bahan pembuatan lem (glue) dan bahkan dapat digunakan untuk bahan pengental makanan. Berbagai jenis kaktus, khususnya yang telah berbunga, banyak peminatnya sebagai ornamental plant karena bentuknya yang eksotis dengan bunga yang beraneka bentuk dan warna. Oleh karena memiliki banyak keuntungan, serta persyaratan agroekologinya rendah, tanaman kaktus memiliki potensi untuk menangkal proses kelaparan dan kurang gizi bagi jutaan masyarakat yang hidup dalam kondisi jelek. Di samping besar sekali perannya dalam peternakan serangga cochineal bagi industri zat pewarna yang mahal, perkebunan kaktus merupakan industri terpadu yang memberi peluang melakukan diverifikasi produk, misalnya untuk menghasilkan pakan ternak serta produk olahan dari buah kaktus. Oleh karena itu, program pengembangan kaktus dapat dijadikan salah satu andalan program penanggulangan kemiskinan di lahan kering dan gersang.
Teknik pengolahan kaktus:
Meskipun pohon kaktus biasanya tumbuh liar, namun perkebunan kaktus telah dikembangkan di beberapa negara, terutama Cile, Meksiko, Brasil, dan Italia. Kaktus dapat menghasilkan buah yang dikenal sebagai prickly pear cactus yang umumnya dikonsumsi dalam bentuk segar atau secara tradisional digunakan untuk membuat minuman sari buah kaktus. Dari bacaan literatur yang serba terbatas, secara singkat dapat diutarakan bahwa buah kaktus dapat dikeringkan, dibuat jelly dan jam, serta dapat dikalengkan atau dibotolkan. Buah kaktus mengandung gula cukup tinggi. Sebagian besar jenis gulanya adalah glukosa dan fruktosa. Karena itu, buah kaktus rasanya sangat manis. Buah kaktus juga agak aneh karena derajat keasamannya rendah, yaitu dengan pH 6,37. Hal itu berarti buah kaktus termasuk golongan low acid food yang perlu mendapat perlakuan khusus sebab relatif mudah busuk dan dapat berfungsi sebagai substrat yang ideal bagi pertumbuhan bakteri patogen penghasil racun. Karena alasan tersebut, pengolahan buah kaktus perlu diproses dengan suhu tinggi, yaitu sekitar suhu retort, 121ºC atau 116ºC. Sebagai alternatif lain, pH buah kaktus dapat diturunkan, yaitu dengan penambahan asam seperti lemon. Sari kaktus memiliki sifat viskositas yang sangat tinggi dan telah banyak usaha dilakukan untuk mereduksi viskositas yang tinggi tersebut karena hal itu dapat sedikit mengganggu mouth feel. Di Meksiko banyak makanan tradisional yang menggunakan bahan mentah tanaman kaktus, di antaranya napatilas, yaitu batang kaktus muda dan dimasak bersama-sama daging. Pada umumnya jenis kaktus yang tak berduri lebih disukai. Produk lainnya bernama melcocha, dibuat dengan cara menggodok buah kaktus yang telah dikuliti sampai memiliki konsistensi seperti toffee. Melalui proses fermentasi dapat dihasilkan sejenis wine yang keras disebut colonche. Di Sicily, Italia, bunganya yang berwarna merah ungu secara komersial dapat digunakan sebagai zat pewarna merah alami. Di Afrika Selatan, bunga kaktus dibuat jam dan sirup untuk dituangkan di atas es krim sebagai dekorasi yang dapat dimakan. Buah kaktus memiliki warna ungu (purple) sangat intens yang menjadikan buah sangat menarik perhatian. Warna yang dimiliki buah kaktus disebabkan oleh pigmen alami yang disebut betalains, sama seperti yang terdapat dalam umbi beet. Produk lain yang banyak diterima masyarakat setempat adalah produk kristal dari batang kaktus yang dapat digunakan untuk campuran kue-kue. Kini juga sedang dikembangkan buah kaktus yang dapat diiris dengan pisau dan dimakan bersama keju sebagai desert. Di samping itu batang kaktus dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak. Hal tersebut penting artinya bagi pengembangan peternakan di daerah marjinal karena besarnya efisiensi penggunaan air. Karena alasan tersebut, kaktus ternyata memiliki potensi dan perlu dikembangkan di daerah semi- acid ecosystem.
100 marga kaktus
Di seluruh dunia diperkirakan terdapat lebih dari 100 marga kaktus dan sekitar 2.000 jenis yang sudah dikenal. Semua itu dapat dikelompokkan ke dalam 3 anak suku, yaitu Pereskioidea, Opuntiodeae, dan Cereoidea. Kaktus termasuk suku Cactaceae atau kaktus kaktusan. Kaktus merupakan salah satu suku tambahan berbunga. Kebanyakan kaktus tumbuh di daerah kering sampai gurun. Namun, ada juga beberapa jenis kaktus yang tumbuh di hutan hujan tropis Afrika dan Sri Lanka. Tumbuhan kaktus memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut: Tidak mempunyai daun, kecuali sebagai tempat anak suku Pereskioidea. Batangnya yang berhijau daun sebagai tempat cadangan air. Permukaan batangnya tertutup dengan lapisan lilin untuk mencegah penguapan air. Batang dan cabangnya berduri, kadang-kadang dilengkapi bulu-bulu halus. Cabang, bunga, dan durinya muncul dari lubang-lubang kecil, yang terdapat di permukaan tubuhnya yang disebut areola. Akarnya panjang menyebar agar dapat menyerap lebih banyak air. Di Indonesia saat ini budidaya kaktus masih terfokus untuk tanaman hias, belum pernah dikembangkan menjadi suatu usaha industri yang menguntungkan seperti industri pigmen dan obat-obatan. Sebagai tanaman hias, kaktus memiliki penampilan yang indah, sangat menarik, meskipun acapkali berkesan aneh. Daya tarik tanaman kaktus antara lain karena bentuk perawakannya yang sangat bervariasi. Misalnya kaktus Echinocactus grusonii yang dapat berukuran sebesar drum atau Astrophylum asterias yang mirip mahkota yang berbentuk bulat dan berjuring delapan yang tengahnya berderet titik-titik putih, indah sekali. Durinya dapat tersusun rapi dan indah. Kaktus Ferocactus, latispinus memiliki duri yang berwarna coklat tua dan kaku. Bunganya dapat bervariasi, warna-warni, dan ada jenis yang berbunganya jarang muncul, artinya ada yang muncul setiap 10 tahun sekali, misalnya kaktus E grussoni. Ada kaktus yang bunga pertamanya baru muncul pada umur 40 tahun, Espostoa canata bulunya halus menyelimuti batang.

Artikel Blog